Istilah Brāhmaṇa berasal dari Bahasa Sansekerta dari urat kata “brh” artinya tumbuh.
Dari arti kata ini dapat kita gambarkan bahwa fungsi Brāhmaṇa adalah untuk menumbuhkan daya cipta rohani umat manusia untuk mencapai ketenteraman hidup lahir batin.Maka dari itu,
"Seorang Brahmana, hendaknya juga dapat menghadapi suatu permasalahan dengan cara Brahmana, yaitu Sahisnu (tenang)"
Brāhmaṇa juga berarti gelar pemimpin agama yang menuntun umat Hindu mencapai ketenangan hidup dan memimpin umat dalam melakukan upacara agamanya.
Varna Brāhmaṇa tidak boleh melakukan pekerjaan duniawi. Untuk kehidupannya dia harus dibantu oleh Varna-varna lainnya.
Ini bukanlah berarti memberikan seorang Brāhmaṇa suatu posisi yang istimewa dalam masyarakat dan sebaliknya pula bukanlah menganggap Brāhmaṇa itu sebagai benalu dalam masyarakat.
Kaum Brāhmaṇa dibebani tugas untuk melaksanakan apapun yang diberikan perlu demi memajukan kesejahteraan spiritual masyarakat.
Demikian Chandrasekharendra Saraswati menyebutkan dalam pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yaitu Brāhmaṇa ini tidak berdasarkan suatu keturunan, melainkan karena ia mendapat kepercayaan dan mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugas tersebut. Seseorang disebut Brāhmaṇa karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kerohanian.
Jadi Brahmana adalah orang-orang yang menekuni kehidupan spiritual dan kerohanian serta mampu menujukkan kemahirannya tentang Weda baik teori maupun praktek dalam kehidupan sehari-hari berupa tingkah laku yang bersusila tinggi seperti halnya dahulu, seorang Resi sebagai brahmana pendeta sejati.
Dalam penggolongan catur warna disebutkan,Seperti halnya pada zaman dahulu dalam kisah Wamana Awatara disebutkan sebagai seorang brahmana yang mampu menguasai alam tri loka ini.
- Para cendikiawan serta intelektual yang bertugas untuk memberikan pembinaan mental dan rohani serta spiritual.
- Seseorang yang memilih fungsi sosial sebagai rohaniawan.
- Seseorang brahmana yang sudah tangguh (dira) dan sudah mampu mengatasi suka dan duka,
- Dipuji, disanjung maupun dihina bagi beliau diterima secara seimbang.
Karena ciri seorang brahmana dalam lontar wrati sasana disebutkan memiliki sifat-sifat:,
- Sama yaitu seimbang dan teguh menghadapi suka dan duka dan tidak terganggu oleh keadaan senang dan menderita akan mencapai kehidupan yang kekal abadi.
- Dharma, orang yang mampu menasehati dirinya sendiri, tenang dan sabar tahu menasehati dirinya sendiri.
- Tapa, orang yang tahan akan dinamika panasnya kehidupan ini dan mampu mengendalikan jasmaninya.
- Sauca, suci lahir dan batin.
- Ksanti, selalu dalam keadaan tenang dan damai.
- Arjawa, orang yang sangat jujur.
- Knyanam yang memiliki ilmu pengetahuan.
- Wijnyanam, bijaksana karena telah memiliki banyak menguasai ilmu pengetahuan.
- Astikyam sangat paham dan percaya pada ajaran suci Weda.
Dalam kehidupan bermasyarakat, jenis - jenis brahmana disebutkan sebagai berikut :
- Brahmana Dukuh, brahmana yang melaksanakan pertapaan di hutan.
- Brahmana Sapinda, lahir berdasarkan hubungan darah dari orang suci atau para pertapa yang ada sebelumnya.
- Brahmana Prawara | seorang brahmana (pendeta) lahir berdasarkan dari sekte / sampradaya / pakse walau dari wangsa mana pun mereka.
- Brahmana Gotra | seorang brahmana yang lahir karena berdasarkan dari kelompok warga, soroh, klen, wangsa tertentu seperti pedanda, mpu, bhagawan, dukuh dll
- Brahmana Keling sebagai cicit dari Mpu Beradah yang dahulu diceritakan mampu menciptakan kesejahteraan alam lingkungan yang lebih baik dari tahun ke tahun, hasil alam yang melimpah sebagai sarana dan prasana karya sehingga karya dapat dilaksanakan dengan sukses atau berhasil (Sidakarya) sesuai dengan harapan Dalem Waturenggong saat itu
- hendaknya dalam pendidikan, sisya diajarkan oleh seorang Acarya yang sudah medwijati sebagai guru spiritual,
- agar nantinya mendapat pengakuan dengan diberikannya Samawartana / Ijazah kebrahmanan.
- Kisah keagungan Dewa Siwa yang membuat utusan Yama membebaskan brahmana yang berdosa, Dewaraja.
***