Kehidupan

Kehidupan adalah perpaduan antara badan jasmani dan jiwa yang menghidupinya.
Dimana dalam Hindu Dharma disebutkan bahwa terlahir di alam ini merupakan kelahiran yang sangat mulia yang bertujuan sebagai proses agar dapat memperbaiki karma masa lalu kita untuk tahap kehidupan selanjutnya.
Karena hidup ini bukanlah suatu tujuan, melainkan sebuah perjalanan.
Indahnya hidup ini bukan karena banyak orang yang mengenal kita, namun berapa banyak orang yang bahagia atas apa yang telah kita lakukan.
"Life is so beautiful and colorful"


Dan dalam bahasa kiasannya biasanya dikatakan; 
Hidup ini akan menjadi lebih indah apabila kita dapat saling bergandengan tangan.
Secara sederhana dalam rumus matematika kehidupan dapat diberikan penjelasan sebagai berikut :
  • Kalau kita melakukan perbuatan baik, kemudian kita mengharapkan balasan atas perbuatan itu, maka semakin kita banyak berharap hasilnya akan semakin kecil (1/100 dst).
  • Tetapi ketika kita melakukannya dgn IKHLAS, tanpa mengharapkan sesuatu imbalan apapun, sama dgn 1 ÷ 0, maka hasilnya akan "Tak Terhingga" yg artinya Tuhan akan memberikan balasan atas keikhlasan kita dgn balasan yg tak terhingga.
Kehidupan sosial budaya masyarakat di Bali yang sangat lekat dengan kearifan lokal keberagamanya dikatakan bahwa :
  • Atman sebagai jiwa dari setiap makhluk hidup yang disebut Jiwatman, sedangkan
  • Badan jasmani merupakan sesuatu gampang terurai yang terdiri dari tujuh lapis badan (sarira kosha) sebagai unsur-unsur yang membungkus kesadaran murni dari atman tersebut.
Kehidupan di dunia ini akan selalu mengingatkan bahwa ada proses, tujuan hidup dan ikatan yang hendaknya disebutkan harus selalu diingat :
  • Dari Karma Wasana, semua yang kita alami, yang kita temukan/dapatkan dan kita hasilkan dalam kehidupan ini, baik ataupun buruk, suka maupun duka, cerdas ataupun bodoh, kaya maupun miskin, keberhasilan ataupun kegagalan semua itu tiada lain juga disebabkan oleh Karma wasana kita sendiri, yang harus kita terima pada kehidupan sekarang ini sebagaimana disebutkan dalam memaknai filosofi banten dapetan dalam upacara yadnya.
  • Dengan dilengkapi penggunaan benang sebagai simbol suci tali pengikat dalam proses kehidupan ini.
  • Walaupun demikian, dalam dunia-kehidupan ini
  • Dengan implementasi paras paros secara lebih nyata dalam kehidupan bermasyarakat ini disebutkan : 
    agar terjaga kerukunan, kebersamaan, keharmonisan dan kenyamanan dalam hubungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kehidupan sebagai pertemuan atman dengan badan jasmani ini juga dalam tuntunan dasar Hindu Dharma disebutkan menyebabkan dia terpengaruh oleh sifat-sifat maya yang menimbulkan /awidya / (kegelapan pikiran).
  • Jadi manusia lahir dalam keadaan awidya, yang menyebabkan ketidak sempurnaannya. 
  • Atman itu tetap sempurna, tetapi manusia itu sendiri tidaklah sempurna. 
  • Manusia tidak luput dari hukum kelahiran, kehidupan dan kematian
Walaupun manusia itu mengalami kematian,
  • namun Atman tidak akan bisa mati. 
  • Hanya badan yang mati dan hancur, 
  • sedangkan Atman tetap kekal abadi.
yang dalam Bhagawad Gita II.22
Ibarat orang yang menanggalkan pakaian lama dan menggantikannya dengan
yang baru, demikian jiwa meninggalkan badan tua dan memasuki jasmani

yang baru.
Jiwatman yang terbelengu berpindah dari satu badan ke badan yang lain.
  • Setiap kelahirannya membawa badan, hidup dan pikiran yang terbentuk dari pada prakerti menurut evolusinya dimasa yang lalu dan kebutuhannya dimasa yang akan datang. 
  • Apabila badan jasmani yang menjadi tua dan hancur, 
    • maka alam pikiran sebagai pembalut jiwa merupakan kesadaran baginya untuk berpindah-pindah dari satu badan ke badan yang lain yang disebut reinkarnasi atau punarbhawa sesuai dengan karmaphalanya (hasil perbuatannya di dunia). 
    • Karena itu Atman tidak akan selalu dapat kembali kepada asalnya yaitu ke Paramaatman
Orang-orang yang berbuat baik di dunia akan menuju sorga, alam swah loka dan yang berbuat buruk akan jatuh ke Neraka, alam bhur loka.
  • Di Neraka Jiwatman itu mendapat siksaan sesuai dengan hasil perbuatannya.
  • Karena itulah penjelmaan terus berlanjut sampai Jiwatman sadar akan hakekat tujuan hidup dirinya sebagai Atman
    • terlepas dari pengaruh awidya dan mencapai Moksa yaitu kebahagiaan dan kedamaian yang abadi serta kembali bersatu kepada asalnya.
Namun demikian juga, neraka atau sorga yang diperoleh atma disebutkan juga merupakan hasil sebuah karma dalam kehidupan di bumi ini.
  • Perbuatan yang baik dalam subhakarma yang dilakukan manusia, maka setelah kematian, ia akan menuju Sorga.
  • Sedangkan perbuatan yang tidak baik dalam asubhakarma, yang dilakukan manusia, maka setelah kematiannya ia akan menuju Neraka.
Demikianlah disebutkan hakekatnya dalam memaknai sorga atau neraka dalam upacara ngaben yang bertujuan untuk :
  • mensucikan atman dari unsur-unsur badan jasmani manusia.
  • serta menyelamatkan dari habitatnya agar nantinya menuju jagadhita dan mencapai moksa kembali dengan suatu kehidupan yang maha sempurna.

***