Lalita Hita Karana

Lalita Hita Karana adalah suatu tuntunan persembahyangan sekaligus merupakan sadhana untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang WIdhi, Tuhan Yang Maha Esa, karena didalamnya teruntai mantra-mantra yang merupakan inti dari Weda dan Upanisad.

Tuntunan dan konsep ini merupakan suatu pendekatan sekaligus merupakan sadhana yang perlu dijalankan setiap hari dan juga merupakan kewajiban setiap orang yang ingin membebaskan diri dari ikatan duniawi menuju kepada yang maha suci.

Sadhana ini kembali dimunculkan setelah sepuluh abad berlalu, dimana Maharaja Guna Priya Dharma Patni Udayana memerintah pulau Bali, didampingi penasehat kerajaan Mpu Kuturan, Mpu Ghana, Mpu Semeru dan Mpu Gnijaya, menetapkan konsep keharmonisan :
yang berdasarkan konsep agama Siwa-Budha, dan dengan disepakati konsep ini sehingga semua aliran dan sekta yang ada di Bali saat itu terwadahi.

Pada zaman itu di Bali terdapat beranekaragam aliran dan keyakinan yang banyak menimbulkan pertentangan antar pemeluknya yang pada akhirnya banyak timbul masalah sosial dalam kehidupan bernegara yang menjadi salah satu faktor adanya zaman kemunduran Agama Hindu sebagai penghambat dari sebuah kebangkitannya kembali.
Pada hakekatnya pertentangan itu tidak harus terjadi, karena setiap sekta atau aliran tersebut pada dasarnya bercita-cita menuju kepada Brahman Sang Pencipta. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari pertentangan itu tidak dapat dihindari.
Hal ini disebabkan masing-masing penganutnya masih diliputi oleh kegelapan, dikendalikan oleh ahamkara (ego).

Melihat kenyataan saat ini dimana situasi dan kondisi masyarakat di Bali mendekati zaman tersebut. Adanya panatisme terhadap,
  • apa yang diyakini benar, 
  • bahkan kadang-kadang,
    • mencemoh, dan 
    • merendahkan keyakinan orang lain. 
Kalau ini bekembang terus tidak mungkin dibendung lagi dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama akan terjadi pertentangan seperti yang pernah terjadi sepuluh abad yang lalu.
Karena rasa cinta kasih beliau terhadap umatnya, beliau kembali menurunkan ajaran beliau yaitu “LALITA HITA KARANA” yang arti bebasnya “JALAN MENUJU KEBEBASAN” sebagai pendekatan operasional, dalam mewujudkan tujuan konsep “Tri Hita Karana”.

Lalita Hita Karana merupakan sadhana dengan urutan mantra-mantra suci Hindu yang dijadikan sarana pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan kewajiban kita dilahirkan ke dunia ini.
  • Pelayanan, atau 
  • bakti 
merupakan karma yang harus kita perbuat dalam hidup ini, untuk mencapai tujuan hidup yang lebih sempurna, yang pada akhirnya dapat manunggal dengan Yang Maha Sempurna.

Lalita Hita Karana juga merupakan tuntunan bagi umat dan murid-murid Beliau agar kembali ke jalan Dharma. Selama lebih kurang seribu tahun berlalu, konsep Tri Hita Karana, Tri Kahyangan dan Tri Murti yang merupakan landasan dalam hidup bernegara dan beragama telah banyak terjadi perkembangan.

Perkembangan tersebut ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Bahkan kalau secara jujur kita berbicara pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak menekankan bentuk luarnya saja, sedangkan tujuan dan hakekat agama itu sendiri masih sangat jauh untuk dihayati.

....... Demikian Lalita Hita Karana yang di jelaskan dalam forum diskusi jaringan hindu nusantara (ref)
***