Lontar Yajna "Yadnya" Prakerti adalah bagian dari widi sastra yang merupakan sabda Betari Uma yaitu Dewi Durga yang berstana di pura dalem dan dipakai pedoman/dasar gama kreti.
Teks Agama Hindu Dharma ini sebagaimana disebutkan dalam abstrak naskah di Perpustakaan Universiatas Indonesia, Yajna Prakerti ini terdiri dari dewa kti, buda kti, manusa kti, dan jagat kti.
Disebutkan juga jenis-jenis yadnya seperti; Aswameda Yadnya, Siwa Yadnya, Rsi yadnya, buta Yadnya, Manusa Yadnya.
Dilanjutkan dengan keutamaan Sang Brahmana Pendeta dan hubungannya dengan segala jenis yadnya.
Beliau wajib memutuskan segala bentuk yadnya karena telah menjalankan upacara diksa (didwijati) oleh Brahmana Putus sehingga disebut Sang Putus.
Begitu pula dalam hal upacara widi widana segalanya harus diputuskan/diantar (sebagai purohita) oleh Brahmana Pendeta sebagai sulinggih. Disebutkan bahwa banten suci disebutkan hal yang paling penting dalam melaksanakan upacara yadnya yang selalu didasari pikiran yang suci pula.
Disinggung pula tentang upacara suka duka, yang menguraikan tentang kesaktian dan keutamaan kelima putra Sang Panca Maha Buta (Buta Pilu-Pilu, Buta Rudira, Buta Kakawah, Buta Ari-Ari, Buta Kamajaya) sebagai penjaga jagat raya yang masing-masing berkedudukan di arah timur, selatan, barat, utara, dan tengah.
Yadnya (Banten) ini sangat baik digunakan oleh orang yang ingin melaksanakan yadnya agar yadnya mereka berjalan lancar, tanpa halangan, dan selamat dengan sarana banten (sesajen) selengkapnya.
Diuraikan juga tentang cara-cara untuk menghilangkan segala jenis Buta Kala yang mengganggu, labaan burung gagak, labaan semut, tetani, dan segala kermi disertai dengan bebantenan, pecaruan serta mantranya masing-masing.
Dalam beberapa kutipan Lontar yadnya prakerti ini sebagaimana disebutkan :
- Plawa yang sering digunakan dalam tetandingan banten dll, melambangkan tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, maksudnya dalam memuja Hyang Widhi hendaknya berusaha dengan pikiran hening dan suci pula.
- Daksina juga dijelaskan melambangkan Hyang Guru / Hyang Tunggal.
- Ngadegang Widining Tukang dalam lontar yadnya prakerti kutipan Pinandita Sanggraha Nusantara disebutkan bahwa :
"Guruning Tukang Hun kadenda wang adruwe, apan tan manut kramanya, sarwa papa laraning bebantenya ika, kawastu de Bhatara anadi Buta Kala, ika angregani setata, kena gering kepati-pati sira, mwang sasar temahanya, ri wekasan, mangkana ala tinemunya. - Sebagai simbol ritual yang sacral, banten sebagai bahasa simbol disebutkan dalam kutipan Hindu-Indonesia, banten (yadnya) memiliki tiga arti yaitu :
- Sahananing Bebanten Pinaka Raganta Tuwi | dapat dijabarkan berdasarkan pembagian Tri Angga (utama, madya, nista)
- Pinaka anda Bhuvana | replica dari alam semesta ini yang mengandung suatu tuntunan agar umat manusia mencintai alam beserta isinya dan sesuai dengan ajaran Weda.
***