Lontar Bagawan Garga adalah salah satu lontar yang berkaitan dengan wariga yaitu tentang kelahiran wuku, keberadaan alam semesta atau bhuwana agung ini, serta menceritakan para dewa dan rsi yang juga diwujudkan dalam tingkatan dan angka - angka yang telah ditentukan untuk masing - masing urip wewaran / neptu dalam rumus perhitungan wariga dan dewasa ayu Kalender Bali sebagai pedoman ala ayuning dewasa dalam setiap upacara yadnya.
Transkripsi Lontar Bhagawan Garga sebagaimana disebutkan dalam artikel Dharmavada, pengertian dan mitologi wewaran dijelaskan bahwa :
- Lembar, 3-4, ada tersebut sinar suci melayang-layang, beliau itu dewa suci yang disebut Sang Hyang Licin, wujudnya sangat gaib dan sangat suci, bermacam-macam wujudnya di alam yang kosong ini, itulah sebabnya berwujud Sang Hyang Tuduh, itulah juga disebut Sang Hyang Licin, beliau yang ada pertama kali, tanpa ayah dan ibu yang kemudian beryoga lahirlah Bhagawan Bregu. Bhagawan Bregu beryoga lahirlah Sang Hyang Rahu dan Sang Hyang Ketu yaitu dua hal yaitu positif dan negatif, wujudnya seperti tunggal :
- Sang Hyang Rahu menciptakanan semua Kala,
- Sang Ketu itu menciptakan para Dewa dan Wewaran.
- Yang keduanya disebut tunggal, maksudnya adalah Sang Hyang Widhi itu tunggal tidak ada duanya yang diwujudkan dengan Ekawara adalah Luang.
- Lembar, 4-5, Luang artinya kosong. Pada mulanya belum ada apa-apa atau alam ini kosong; yang ada hanya kekosongan (luang), itu adalah sebenarnya perwujudan Sang Hyang Widhi yang tunggal disebut juga Paramasiwa dalam Saptaloka beliau berkedudukan pada Satyaloka.Pada tingkat ini beliau suci nirmala belum terpengaruh oleh apapun juga sehingga disebut dengan Nirguna Brahman.
- Lembar, 7, Semuanya lahir dari yoganya Sang Hyang Ketu, begitu juga para Dewa ada karena Sang Hyang Ketu. Sedangkan Sang Hyang Rahu disuruh oleh beliau Sang Hyang Licin untuk mengadakan ciptaan yang memenuhi Tri Mandala, lalu beliau menjadi warga desa yang bertempat di arah Wayabya (Barat laut), tidak akan menyaingi keluarga desa di wayabya, bersinar seperti matahari sebanyak sepuluh ribu.
- Diperintahkannya semua para dewa dan wewaran untuk menyerang desa yang ada di wayabya, lalu beliau Sang Hyang Sangkara berdiri (ada) di wayabya. Itu di adu oleh para kala melawan para dewa, Sang Hyang Rahu, Sang Hyang Ketu, sebagai pemimpin perang menyerbu seluruh warga yang ada di wayabya.
- Sangatlah seru pertempuran itu yang semua mengeluarkan kesaktiannya, matilah kala semuanya, kehidupan kembali oleh Sang Hyang Adikala yang telah berhasil yoganya.
- Selanjutnya setelah para kala hidup semuanya, lagi terjadi peperangan loka pala yang sangat dasyat, sehingga akibatnya banyak diantara dewa, wewaran terbunuh menjadi korban perang, tetapi akhirnya juga kembali dihidupkan oleh Sang Hyang Eka Taya.
***