Dewa; Batara; Sang Hyang Sangkara; aksara suci "SI" adalah dewa tumbuh - tumbuhan, dipuja untuk memohon kepada beliau sebagai kekuatan jiwa dan raga dalam mengembangkan tumbuh-tumbuhan atau tanaman.
Keseimbangan hidup tumbuh-tumbuhan tersebut dan Untuk menumbuhkan sikap yang adil dan penuh kasih kepada tumbuh-tumbuhan, umat Hindu memohon tuntunan Dewa Sangkara sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itu, umat Hindu di Bali memiliki Tumpek Wariga sebagai hari untuk memuja Dewa Sangkara, demikian disebutkan dalam memaknai hari Tumpek Wariga, Hari Perlindungan untuk Tumbuh-tumbuhan.
Dalam Dewata Nawa Sanga, Dewa Sangkara dipuja di Pura Puncak Mangu, sebagai salah satu bagian dari Catur Loka Pala.
Dewa Sangkara, sebagaimana disebutkan sebagai salah satu dewa penguasa penjuru mata angin, HinduCintaDamai1 simbol-simbolnya disebutkan sebagai berikut :
Karena itu, umat Hindu di Bali memiliki Tumpek Wariga sebagai hari untuk memuja Dewa Sangkara, demikian disebutkan dalam memaknai hari Tumpek Wariga, Hari Perlindungan untuk Tumbuh-tumbuhan.
Dalam Dewata Nawa Sanga, Dewa Sangkara dipuja di Pura Puncak Mangu, sebagai salah satu bagian dari Catur Loka Pala.
Dewa Sangkara, sebagaimana disebutkan sebagai salah satu dewa penguasa penjuru mata angin, HinduCintaDamai1 simbol-simbolnya disebutkan sebagai berikut :
- Arah : Barat Laut/Wayabhya
- Aksara : Si (Sing)
- Senjata : Angkus
- Warna : Hijau/Welis
- Sapta Wara : Sukra
- Sakti : Dewi Rodri
- Wahana : Singa
Saat Piodalan Purnama Sasih Kapitu di Pura Puncak Mangu sebagai tempat suci pemujaan untuk Dewa Sangkara, juga disebutkan
- Umat dari delapan kelompok pemaksan setiap upacara Ngebekin membawa sujang yaitu potongan bambu yang masih hijau sebagai tempat tirtha.
- Tirtha Ngebekin itulah sebagai simbol penyucian dan pemeliharaan segala tumbuh-tumbuhan pertanian sebagai sumber hidup umat manusia.
***