Ekam Sat Vipra Bahuda Vadanti | Tuhan itu satu, tetapi orang
bijaksana (para maharsi) menyebutkan dengan berbagai nama.
- Jika kita cermati cara sembahyang umat Hindu khususnya di Bali, maka cakupan tangan yang diletakkan di atas ubun-ubun untuk memuja Tuhan.
***
Tuhan dalam Siwa Tattwa disebutkan "ekam sat vipra bahudha vedanty agnim yamam matarisvanam ahuh"(Rg Veda I.164.46), artinya;
Satu itu (Tuhan), namun sang bijaksana seperti halnya para maharsi yang menyebut dengan banyak nama seperti Agni, Yama, Matarisvan dll.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya dimana dalam kuliah agama Hindu sesi 1 disebutkan bahwa :
Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri.
Misalnya ada yang menyebutkanNya dengan:
- Tuhan, Sang Hyang Widhi,
- God, Allah dan lain-lain
- atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa,
- Sangkan Paraning Dumadi sebagai asal dan kembalinya semua yang ada.
- De Weldadige atau dengan menyebutkan manifestasinya :
- Sang Pencipta,
- Sang Pemelihara,
- Sang Pemrelina dll.
Dengan keyakinan ini nantinya membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
- Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan,
- Serta menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian ini, dalam agama terdapat 3 unsur yaitu :
- Manusia,
- Penghambaan
- dan Tuhan.
Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama sebagai penuntun untuk dapat mengetahui hakekat dan tujuan hidup yang sebenarnya.
***