Dewa Siwa

Dewa Siwa dan Sang Hyang Acintya
Dewa Siwa ("Sang Hyang Siwa, Dewa Iswara"; Lontar Siwa Sasana, Pralina; Aksara Suci "Sa", Pranawa Omkara "Mang"; "Isvara"; Mantram Puja Trisandhya ;"Sang Hyang Paramestiguru"; Lontar Anda Bhuwana; "Bhatara Guru atau Ida Bhatara Dalem"; Lontar Gong Besi) adalah dewa pelebur atau pralina, melebur segala hal yang buruk yang juga disebut dengan Sanghyang Paramesti Guru sebagai guru sejati.
Dimana Beliau merupakan manifestasi Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa yang dalam Tri Murti sebagai media sakral untuk menerapkan konsep dalam menguatkan kehidupan spiritual.
Adapun pemujaan Dewa Siwa sebagai pengendali guna tamah dalam darmaning kepandean disebutkan bertujuan untuk membangun kekuatan agar pengaruh negatif guna tamah mampu dicegah menjadi yang positif. 
  • Guna tamah bisa diarahkan ke positif sehingga enggan atau malas berbuat tidak baik. 
    • Malas berbuat tidak baik dan tidak benar, meskipun belum mampu berbuat baik dan benar;
    • Masih lebih baik daripada rajin berbuat tidak baik dari tidak benar.
  • Kalau guna rajah dan tamah berkuasa dalam diri, maka dapat menimbulkan berbagai kejahatan yang amat dinamis dan cerdas sehingga dengan memuja Dewa Brahma dan Dewa Siwa, maka sifat negatif guna rajah dan tamah dapat diarahkan ke positif. 
Karena itu, keberadaan pustaka Purana itu bertujuan membimbing manusia mengendalikan Triguna masing-masing agar proses Tri Kona seperti : utpatti, sthiti, dan pralina menjadi senantiasa positif normatif.
  • Dan beberapa ilmu yang pernah Beliau turunkan yaitu :
    • ilmu Danurweda : ilmu yang membuat Arjuna mampu melepaskan anak panah secepat kilat dan mencapai titik sasaran untuk mengalahkan Niwatakwaca.
    • Ajaran untuk mencapai kelepasan / kamoksan yang tersurat dalam Lontar Sanghyang Maha Jnana dalam bentuk tanya jawab antara sang putra dengan sang ayah, Bhatara Kumara dengan Bhatara Guru.
  • Keagungan Dewa Siwa dalam Siwa Purana.

Dewa Siwa dalam Lontar Gong Besi juga disebut Bhatara Guru atau Ida Bhatara Dalem dimana disebutkab bahwa :
Persembahan bhakti yang utama kehadapan Beliau menyebabkan orang mendapatkan kemuliaan lahir dan batin, dan pada akhirnya akan mencapai surga loka atau siwa loka.
Selain memiliki mata ketiga Tri Netra, atribut pengider - ider Dewa Siwa / Iswara dalam Dewata Nawa Sanga sebagaimana disebutkan :

Arah :  : Timur / Purwa
Pura : Pura Lempuyang
Senjata : Bajra / Genta dengan Trisula pada ujung atasnya sebagai simbol Siwa Lingga; Damaru (mewakili Purusha dan Prakrithi).
Warna : Putih
PancaWara : Umanis
SaptaWara : Redite
Sakti : Dewi Uma (Dewi Durga)


Berkat panah asmara, Dewa Siwa dengan saktiNya Dewi Durga (Uma; Parwati) tersebut dalam kisah Sang Hyang Semara Ratih diceritakan beliau dapat memiliki putra-putra yang dalam kisah drama ritual sapuh leger juga diceritakan dari hubungan tersebut lahirlah Putra Dewa Siwa yang diantaranya Dewa KalaDewa Ganesha dan Sang Hyang Kumara.

Adapun linggih / stana Dewa Siwa yaitu pada sanggah kemulan yang berada pada rong tiga ruang tengah sebagai tempat suci pemujaan kepada para leluhur.
Hal - hal berkaitan dengan Dewa Siwa sebagaimana disebutkan,
  • Lembu Nandini sebagai wahana, tidak lain sebagai lambang ibu pertiwi dan kesuburan sebagai wahana atau tunggangan Dewa Siwa yang menurut budayawan Drs. I Gede Anom Ranuara, S.Sn, dalam artikel heboh!!! tumpek landep, langit mendung mendadak bersibak, Lembu Nandini sebagai kendaraan Dewa Siwa yang sesuai filosofi Hindu sebagai sebuah wahana atau lambang kesuburuan. Kesuburan tersebut tidak lain merupakan bumi pertiwi sebagai tempat manusia dan semua makhluk hidup dan berkembang biak.
    • Dewa Siwa yang duduk di atas Lembu Nandini dimaknai sebagai jiwa yang memberi hidup kepada setiap makhluk. 
      • Semua kehidupan di alam ini tidak lepas dari kedua hal tersebut yaitu tempat hidup (bumi pertiwi) yang memberikan kesuburan dan jiwa yang memberikan kehidupan.
    • Dewa Siwa dengan Lembu Nandini, juga dimaknai sebagai lambang purusa dan predana. Lembu Nandini sebagai pertiwi yaitu lambang predana, sedangkan Dewa Siwa yang duduk di atasnya merupakan lambang purusa.
  • Mitologi pecahnya Gunung Kaliaca sebagai tempat Dewa Siwa bertapa disimbulkan dengan sebuah candi bentar sebagai pintu ataupun gerbang masuk pertama setiap pura di Bali.
  • Tiga mata gaib Dewa Siwa disebut dengan Tri Netra yang dapat melihat seluruh alam ini, dengan cudamani yang ditengah dalam Wayang Sapuh Leger sebagai drama ritual yang disakralkan di Bali.
  • Siva disebut juga Nìlakantha, karena mempunyai leher yang berwarna biru. 
    • Hal ini terjadi dahulu pada waktu diadakan pengadukan lautan susu dalam kisah pemutaran gunung mandara giri di Ksirarnawa untuk mendapatkan amrta. 
    • Dan turut ke luar pada saat itu racun yang dapat membinasakan para Dewa. Untuk menyelamatkan para dewa, Siva meminum racun tersebut.
  • Panca Krya Sakti yaitu kemampuan Dewa Siwa dan saktinya untuk dapat melenyapkan penyakit.
  • Tiga gulungan ular yang melingkar di leher Dewa Siwa melambangkan masa lalu, sekarang dan masa depan - waktu dalam siklus kehidupan.
***