Pertiwi adalah unsur padat sebagai zat dasar yang membentuk lapisan bhuwana agung, alam semesta dan mahluk hidup termasuk manusia itu sendiri yang merupakan bagian dari panca maha bhuta.
Dan untuk nunas panugrahan Sanghyang Ibu Pertiwi dalam WacanaDharma disebutkan dapat diucapkan sebagai berikut :
- Sarana yang dipersiapkan : don base hijau, canang sari, dupa, air dan gelas
- Mantra ; Ong Pakulun Sanghyang Ibu Pertiwi ulun nunas panugrahan malarapan dening sarana base dumogi nemu kerahayuan ,ulun nunas panebeng utame dahat,ong ang ang ah ya namah swaha.
- Cara; ambil sarana diatas persiapkan ditengah pekarangan atau natah rumah.masukkan don base kedalam air letakkan canang sari di pertiwi.dan base ucapkan mantra sebelum menyampaikan niat apakah untuk penyembuhan atau penyengker (penjaga diri).
Persaudaraan umat manusia yang disebabkan oleh satu asal dan kembalinya bagi setiap mahluk dan alam semesta, sama-sama menikmati kehidupan di karibaan bumi pertiwi tercinta ini,
Dan oleh karena itu, dalam memaknai penggunaan saput poleng disebutkan Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi mengamanatkan kepada kita untuk dapat hidup dalam suasana damai penuh kebahagiaan dalam persaudaraan yang sejati.
Dan sebagai penuntun umat dalam mengembangkan pembinaan kehidupan alam dan manusia secara seimbang, dengan pemujaan melalui Tri Sadhaka disebutkan sebagai suatu peringatan pada umat untuk berguru dalam menjaga kelestarian ibu pertiwi ini.
Sebagai sumber kemakmuran Ibu Pertiwi, Dewi Sri yang merupakan sakti dari Dewa Wisnu dipuja di pelinggih merajan dengan Bhiseka Sri Sedana atau Limas Catu sebagai pemberi kemakmuran kepada umat manusia dan sebagai pelindung suburnya tanaman pangan yang di Bali juga disebut dengan Sang Hyang Maik Galih sebagai kekuatan bangunan suci Catu Meres dalam stana para manifestasi Sang Hyang Widhi pada tempat suci pekarangan rumah.
Dalam beberapa kisah para dewa, petiwi juga disebutkan yaitu :
- Dalam kisah pemutaran mandara giri, Bhoma disebutkan sebagai putra dari Dewa Wisnu dengan Dewi Pertiwi.
- Dewa Wisnu simbol air dan Dewi Wasundhari simbol pertiwi yang dalam upacara ngebekin disebutkan pertemuan air dan pertiwi melahirkan Boma.
- Lembu Nandini sebagai wahana Dewa Siwa, tidak lain sebagai lambang ibu pertiwi dan kesuburan.
Sementara Kuningan mewakili pertiwi yaitu sesuatu yang mewujud, yang konkrit atau materi. Tumpek Kuningan bisa dimaknai dengan OM (Ongkara) yang mengambil wujud dalam bentuk yang konkrit/materi (Pertiwi). Pada hari raya Kuningan ini dalam memaknai Galungan sebagai siklus kehidupan dan penciptaan tiada awal dan akhir dalam Bali esoteris disebutkan,
Proses penciptaan mencapai puncaknya dengan mewujudnya ciptaan tersebut (buana agung/buana alit) dalam materi (Pertiwi).
Dengan segala hasilnya yang memberikan kehidupan dan keselamatan, dalam setiap perayaannya dihiasi dengan penjor untuk dapat mewujudkan rasa bakti dan berterima kasih kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Rangkaian Upacara Yadnya di Bali :
Melalui upacara Melasti seperti yang terkandung dalam tujuan pelaksanaan upacara Karya Agung Pengurip Gumi yang dilaksanakan di Pura Batukau sebagai salah satu dari Sad Kahyangan yang ada di Bali disebutkan bahwa :Agar Ida Bhatara tedun napak pertiwi untuk menghilangkan leteh jagat (kekotoran bumi).
Karena Ibu Pertiwi inilah yang memberikan sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup di bumi.
***