Leteh

Leteh adalah segala bentuk noda kotoran yaitu :
  • Papa klesa ‘lima noda yang dapat mengotori hidup’, 
  • Sarwa rogha ‘segala macam penyakit’, 
  • Sarwa wighna ‘segala halangan’, 
  • Sarwa satru ‘semua musuh’, dan 
  • Sarwa dustha ‘orang-orang jahat’.
Dimana hal tersebut juga nantinya disebutkan akan dapat membawa pada dosa atau kotornya kehidupan ini sehingga diperlukan upacara penyucian untuk dapat menciptakan suasana spiritual yang mantap dan magis secara niskala.

Suatu keadaan yang tidak suci ini menurut pandangan agama Hindu juga disebut dengan keadaan cuntaka yang disebutkan dapat disucikan seperti berikut ini :
  • Sarwa klesa dasamala geleh pada leteh prascita yanamah.
  • Kotoran (leteh) suatu kandungan disucikan dengan upacara ngelukat bobotan.
    • Di haturkan kehadapan Bhatara Brahma, agar beliau berkenan untuk melebur kotoran, leteh si ibu hamil. Pengelukatan tersebut secara rohaniah dianggap mengandung suatu mujijat, yang dapat melebur atau melenyapkan segala noda kotoran.
  • Sarana tebu dalam penggunaan upacara pawiwahan juga bermakna sebagai makanan roh jahat yang ingin mengganggu jalannya upacara, karena orang kawin sebelum diupacarai dianggap cuntaka leteh/kotor dan mudah diganggu oleh roh jahat.
  • Makna dari upacara Melukat dalam setiap diri manusia mempunyai sifat buruk dan kotor, jadi sifat itu yang harus disucikan dan dibersihkan kembali.
  • Pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dll yang disebutkan dapat dilakukan dengan pengendalian diri seperti dengan cara :
    • Prasada yaitu dengan cara berfikir, berhati suci dan tanpa pamerih.
    • Astalingga yaitu dengan cara pembersihan batin agar terlepas dari pengaruh pikiran yang kotor dan pengaruh dari sifat astadewi sebagai penyebab dari kepapaan hidup ini.
  • Sesuai sumber naskah Yama Purwwa Tattwa bahwa orang yang meninggal, dikubur di pertiwi, dan dibuatkan upacara pengabenan untuk mendapatkan anugerah dan Sang Hyang Yama guna menghilangkan segala kekotoran (leteh atau dosa) sehingga roh orang yang meninggal kembali ke alam Siva.
    • Dimana Tirta Penglukatan digunakan untuk membebaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan segala kekotoran fisik, rohani dan spritual agar terlepas dari godaan atau hambatan.
  • Bersih dari noda-noda (wyapara) seperti mementingkan diri sendiri, pikiran yang sempit dan picik, serta perasaan yang tertekan disebutkan :
    • Keikhlasan adalah sahabat terdekat dalam hal ini.
    • Seperti halnya dalam membuat Jejahitan (Reringgitan Banten) ini haruslah juga berhati suci dan ikhlas jangan sampai berbicara yang kasar, kotor, manah, dan lain-lain.
***