Sarwa Dustha

Sarwa Dustha artinya prilaku orang-orang jahat yang dapat menimbulkan noda kekotoran (leteh) dalam diri manusia yang hendaknya disucikan seperti halnya :

  • Selalu berbuat tidak baik, berpikir dan berkata kasar,
  • Prilaku asubha karma sebagai sumber dari kedursilaan dan perbuatan yang tidak suci yang bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Dan siapakah musuh kita yang paling jahat? 
Sejatinya pikiran kita sendiri adalah musuh yang paling kejam sehingga hendaknya perlu disucikan. 
Dan siapakah teman yang paling baik adalah pikiran kita sendiri juga. 

Maka dari itu dalam Hindu Dharma disebutkan jika pikiran yang dijaga dengan baik akan membuahkan kebahagiaan. 

Luka apa pun yang diperbuat oleh orang yang saling bermusuhan dan orang yang saling membenci, pikiran yang diarahkan secara salah, akan melukai seseorang lebih dahsyat.

Pikiran sering diumpamakan seperti air
Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. 
  • Kalau air bisa dibendung, air bisa memberikan manfaat yang lebih besar dan akan mampu membangkitkan listrik, bisa mengairi pertanian, dan sebagainya. 
  • Kalau pikiran ini kita kendalikan, dan kita arahkan dengan baik, pikiran itu akan bisa membebaskan kita dari keterikatan dan akan membawa manfaat yang lebih besar bagi kemanusiaan.
Pikiran juga laksana binatang yang buas, gajah yang liar, kuda yang liar, yang tidak akan banyak member manfaat bagi manusia. 
Tetapi, kalau binatang itu dijinakan, seperti pikiran kita yang diarahkan, maka pikiran itu akan mampu memberikan manfaat yang lebih besar, ketimbang dibiarkan liar.

Pikiran sering diumpamakan juga seperti tangki tempat menyimpan air. Kalau tangki air itu kotor, keruh, maka kran yang kita buka akan mengalir air yang keruh itu. 

Tangki pikiran kita mempunyai dua kran, ucapan dan perbuatan. 
Kalau pikiran kita kotor dan keruh, maka ucapan dan perbuatan kita pun akan kotor dan keruh, merugikan diri kita dan orang lain.

Dan sudah saatnya harus di mulai, kita tidak perlu menunggu-nunggu waktu lagi. Sekarang juga, marilah disebutkan kita hendaknya berusaha mengarahkan pikiran kita dengan baik, membina pikiran kita dengan baik. 

Kalau kita mau mendidik diri sendiri, kita akan mendapatkan keuntungan yang sukar dicari, dan keuntungan itu adalah kita mendapatkan pelindungan atau sahabat terbaik. 

Siapa yang bisa melindungi kita, yang paling setia, yang tidak berkhianat, yang aman? 
Tidak lain adalah pikiran kita sendiri yang sudah kita latih. 
Karena yang mencelakai kita, yang menghancurkan kita adalah pikiran kita sendiri juga. Karena itu dengan melatih diri sendiri, kita akan mendapatkan keuntungan yang sukar dicari, yaitu pelindungan yang setia.

Demikian ditambahkan Ishi dalam salah satu artikel Hindu Dharma. 

***