Sang Hyang Kumara

Sang Hyang Kumara atau (Bhatara Kumara; Rare Kumara) adalah putra dari Dewa Siwa sebagai pengasuh bayi yang welas asih.

Sang Hyang Kumara yang lahir pada tumpek wayang dimana percakapanNya dengan ayahnya tersebut tersurat dalam Lontar Sanghyang Maha Jnana dalam bentuk tanya jawab antara keduanya tentang ajaran Siwatattwa sebagai ajaran untuk mencapai kelepasan.

Ayah dari Sang Hyang Kumara yang sebagaimana dijelaskan dalam lontar tersebut diatas yaitu Bhatara Guru yang sejatinya dalam lontar Tutur Gong Besi disebutkan bahwa Bhatara Guru merupakan Dewa Siwa itu sendiri yang tidak lain juga merupakan ayah dari Sang Hyang Kumara.

Kisah Sang Hyang Kumara dalam drama ritual Sapuh Leger diceritakan bahwa beliau merupakan adik dari Bhatara Kala yang lahirnya bersamaan dengan kakaknya yaitu pada tumpek wayang dan atas tanggung jawab Dewa Siwa terhadap penyamaran Bhatara Kala sebagai penggembala dalam perjalanan Dewi Uma atau Dewi Durga untuk mencari susu lembu maka Dewa Siwa memberikan janji kepada Bhatara Kala untuk dapat memakan setiap orang yang lahir pada tumpek wayang.

Sekarang diceritakan Dewa Kala akan memakan segala yang lahir pada wuku wayang (menurut kalender Bali) atau yang berjalan tengah hari tepat wuku wayang atas petunjuk ayahandanya Dewa Siwa yang sebagaimana disebutkan Rare Kumara Dewa Welas Asih Rare Angon Dewa Pengembala juga diceritakan akan dimakannya sehingga pada suatu hari bertepatan pada wuku wayang, Dewa Rare Kumara dikejar oleh Dewa Kala hendak dimakannya. 

Dewa Rare Kumara lari kesana ke mari menghindarkan dirinya dari tangkapan Dewa Kala. Ketika tengah hari tepat, dan dalam keadaan terengah-engah kepayahan Dewa Rare Kumara nyaris tertangkap Bhatara Kala kalau tidak dihalangi oleh Dewa Siwa. 

Oleh karena dihalangi oleh Dewa Siwa maka Dewa Kala hendak memakan ayahandanya. Hal ini disebabkan karena Dewa Siwa berjalan tengah hari tepat dalam wuku wayang.

Dewa Siwa rela dimakan oleh putranya Dewa Kala, dengan syarat Bhatara Kala dapat menterjemahkan dan menerka ini serangkuman sloka yang diucapkan Dewa Siwa yang pada akhirnya Dewa Kala tidak dapat menerka dengan sempurna ini sloka itu dan karena itu Dewa Kala meneruskan pengejaran kepada Dewa Rare Kumara yang telah jauh larinya masuk ke halaman rumah-rumah orang. 

Akhirnya, pada malam hari bertemu dengan seorang dalang yang sedang mengadakan pertunjukan wayang, Rare Kumara masuk ke bumbung (pembuluh bambu) gender wayang (musik wayang) dan Dewa Kala memakan sesajen / upakara yadnya dari wayang itu. 

Oleh karena itu, Ki Mangku Dalang menasehati Dewa Kala agar jangan meneruskan niatnya hendak memakan Dewa Rare Kumara, karena Dewa Kala telah memakan sesajen wayang itu sebagai tebusannya. Dewa Kala tidak lagi berdaya melanjutkan pengejarannya, sehingga Dewa Rare Kumara yang lahir pada tumpek wayang tersebut akhirnya selamat. 

Sang Hyang Kumara yang sebagaimana juga disebutkan dalam upacara - upacara yadnya :
  • Pada saat upacara kepus puser dilaksanakan upacara yang bertujuan untuk memohon kepada Hyang Kumara agar dapat menjaga dan mengasuh si bayi.
  • Anak yang sudah tanggal gigi pertama dilaksanakan upacara maketus karena sudah tidak lagi diasuh Hyang Kumara dan tidak lagi mebanten di pelangkiran Hyang Kumara untuk memohon keselamatan dan ucapan terima kasih kepada Sang Hyang Kumara agar dapat mempersiapkan si anak untuk mulai mempelajari ilmu pengetahuan dalam lindungan Dewi Saraswati sebagai sumber dari pengetahuan tersebut. 
  • Dengan Tetandingan Banten pasuwungan, banten kumara dan dapetan dipersiapkan untuk upacara Kambuhan memohon si bayi agar dapat memasuki tempat suci pekarangan rumah khususnya ke merajan.
***