Damaru melambangkan hubungan dengan mereka.
Dua segitiga di damaru mewakili Purusha dan Prakrithi, dan dari persatuan itulah yang menghasilkan :
- Penciptaan (Srushti),
- Gerakan (chaitanyam),
- Wacana (Vac),
- dan Suara (Sabda).
Ketika mereka semua dipisahkan, semuanya akan berhenti, dan pikiran akan menuju dalam keheningan. Damaru juga melambangkan Jiwa, jiwa dalam wujud, yang tak berdaya, yang terjebak dalam permainan Shiva dan bergerak sesuai dengan kehendakNya.
Dua segitiga di damaru mewakili pikiran dan tubuh, sementara nada yang dikeluarkan dari 2 sisi permukaan yang terikat mewakili kelahiran dan kematian.
Sama seperti makhluk yang terikat pada siklus kelahiran dan kematian, damaru terikat untuk menghasilkan nada.
Dalam sejarahnya, damaru pertama kali diciptakan oleh Hyang Shiva untuk menghasilkan suara spiritual dimana seluruh alam semesta ini telah diciptakan dan diatur.
Suara damaru adalah suara Omkara.
Hentakan damaru melambangkan bunyi OM, suara yang meresapi Alam semesta, bhuwana agung yang ada sejak keabadian itu ada.
Ketika Shiva memainkan damaru, Shiva menyuarakan Omkara, dan ketika Dia menari dengan itu, Ia disebut Nataraja. Damaru menghasilkan energi spiritual. Bahasa Sansekerta berasal dari "irama" damaru dan kinerja tarian kosmik Shiva tandava.
Shiva adalah sumber dari semua suara, bahasa, musik, dan getaran dalam penciptaan.Damaru dalam beberapa penggunaan :
- Pada zaman dahulu, secara tradisional digunakan juga oleh Kapalikas, sebuah sekte kuno yang beraliran Shaivisme, tantrik Sadhus dan Babas, yang juga menyembah Shiva. Mereka menggunakan damaru untuk mengumumkan kedatangan mereka atau untuk menarik perhatian, ketika mereka membuat atraksi di jalan-jalan.
- Dalam tradisi Buddha Tibet, damaru merupakan bagian dari alat alat suci dan alat musik yang diadopsi dari praktek-praktek tantra India kuno. Kebiasaan menggunakan Damaru mencapai Himalaya dari abad ke 8 hingga abad ke-12 digunakan di Tibet dalam praktek Vajrayana yang berkembang di sana.
***