Sedahan adalah pelindung untuk menjaga ketentraman dan menolak bahaya sehingga terwujudlah pekarangan dan alam sekitar yang harmonis, bahagia, aman tentram dan penuh kedamaian.
Di alam mayapada ini,
- Bumi tidaklah hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata,
- tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh.
- Roh-roh yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang belum dilaksanakannya upacara ngaben, atau mati secara tidak wajar.
- Mereka akan selalu mencari tempat tinggal dan saling berebutan.
- Untuk melindungi diri dari gangguan roh-roh gentayangan tersebut, hendaknya manusia membangun membangun Palinggih Sedahan.
- Sedahan Karang (pada pekarangan rumah, tempat suci dll).
- Penunggun Karang sebagai penjaga karang areal rumah atau palemahan beserta penghuninya agar senantiasa berada dalam lindunganNya, tentram, rahayu sekala niskala.
- Sedahan Setra atau Ida Ratu Ayu dibangun pada Pura Prajapati sebagai salah satu manifestasi Siwa Durgha sebagai penguasa kuburan ini agar roh yang masih Preta secara terus-menerus mendapatkan penerangan kerahayuan.
- Sedahan tugu di lebuh depan rumah, berfungsi untuk linggih Ratu Anglurah Tangkeb Langit sebagai penglurah Ida Sang Hyang Wisesa agar menjaga pertiwi sebagai salah satu elemen dasar panca maha butha
- Sehingga sěgěhan saiban dalam kehidupan sehari-hari di lebuh sebagai dihaturkan sebagai ungkapan terima kasih atau rasa syukur masyarakat Hindu Bali.
- Sedahan Penglurah Tepas Ratu Gede`Mecaling di Pura Dalem.
- Sedahan Abian (pada ladang)
- Sedahan Sawah.
- Sedahan desa yang bertanggung jawab untuk menjaga lalu lintas keuangan di desa adat.
Sedahan bertugas sebagai Pecalang, sama seperti manifestasi beliau di Sanggah merajan yang oleh Nikaariawan dalam kutipan artikel posnya disebutkan sebagai Pangerurah, Pengapit Lawang, atau Patih.
Karena fungsinya ibarat sebagai pecalang yang memberi rasa aman, dan sebaiknya juga memenuhi aspek kesucian dan yang perlu diperhatikan, bangunan Palinggih Sedahan harus memenuhi syarat:
- Pondamennya batu dasar terdiri dari dua buah bata merah masing-masing merajah “Angkara” dan “Ongkara”
- Sebuah batu bulitan merajah Tri Aksara “Ang-Mang-Ung”; berisi akah berupa tiga buah batu:
- merah merajah “Ang”,
- putih merajah “Mang”,
- dan hitam merajah “Ung”
- dibungkus kain putih merajah Ang-Ung-Mang
- Di madia berisi mendem pedagingan: panca datu, perabot tukang, jarum, harum-haruman, buah pala, dan kwangen dengan uang 200, ditaruh di kendi kecil dibungkus kain merajah padma dengan panca aksara diikat benang tridatu
- di pucak berisi bagia, orti, palakerti, serta bungbung buluh yang berisi tirta wangsuhpada Pura Kahyangan Tiga.
Persyaratan ini disebutkan ditulis dalam Lontar Widhi Papincatan dan Lontar Dewa Tattwa.
- Jika palinggih sedahan tidak memenuhi syarat itu, yang melinggih bukan Bhatara Kala dll,
- tetapi roh-roh gentayangan itu antara lain Sang Butacuil.
Jika sedahan karang di-”urip” dengan benar, maka fungsi-Nya sebagai Pecalang sangat bermanfaat untuk menjaga ketentraman dan penuh kedamaian.
***