Makna dari banten jotan atau segehan saiban ini adalah yadnya sesa sebagai ungkapan terima kasih atau rasa syukur
masyarakat Hindu Bali kepada Tuhan, bhuta kala dan sebagai ungkapan
terima kasih kepada benda-benda ciptaan-Nya yang telah banyak berjasa
dalam kehidupan di dunia ini.
Tetandingan Banten Saiban ini meliputi :
- Nasi dengan alas daun pisang atau daun pohon yang lainnya yang berukuran kurang lebih 5 cm.
- Lauknya sesuai dengan apa yang dimasak. Artinya, tidak ada suatu keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu. Apa yang dimasak oleh masyarakat Hindu Bali, itulah yang menjadi lauknya.
- Tempat memasak
- Batu pengasah,
- Sapu (sampat),
- Lesung/lumpang dengan alunya,
- Tempayan / tempat air.
Dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali, alat-alat seperti tersebut di atas memiliki jasa yang amat besar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, apapun yang dimakan oleh mereka harus dipersembahkan kepada alat-alat tersebut.
Sěgěhan saiban dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu di Bali tidak hanya dipersembahkan kepada peralatan tersebut di atas, tetapi juga kepada dewa-dewa atau manifestasi Tuhan dan bhuta kala di setiap tempat yang umumnya digunakan sebagai tempat persembahyangan seperti tempat beras, pelangkiran, halaman rumah, sanggah / merajan, lebuh atau jalan.
Saa Mantra Sěgěhan Saiban di Dapur
dikutip dalam Ritual Segehan Pada Masyarakat Bali (ref1)
***
“Singgih Ratu Bhatara Brahma,
titiyang ngaturang banten nasi,
sakasida antuk titiyang maturan,
mangda lédang I Ratu amuktisari,
riwus amukti mangda lédang ngamijilang kasidian,
titiyang sekeluarga nunas kerahayuan,
suksma aturang titiyang”..
titiyang ngaturang banten nasi,
sakasida antuk titiyang maturan,
mangda lédang I Ratu amuktisari,
riwus amukti mangda lédang ngamijilang kasidian,
titiyang sekeluarga nunas kerahayuan,
suksma aturang titiyang”..
***
***