Segehan Utawi Banten Saiban

Segehan banten jotan / banten saiban adalah merupakan sajen kecil setiap habis memasak yang dipersembahkan oleh masyarakat Hindu Bali setiap hari. 

Makna dari banten jotan atau segehan saiban ini adalah yadnya sesa sebagai ungkapan terima kasih atau rasa syukur masyarakat Hindu Bali kepada Tuhan, bhuta kala dan sebagai ungkapan terima kasih kepada benda-benda ciptaan-Nya yang telah banyak berjasa dalam kehidupan di dunia ini.

Tetandingan Banten Saiban ini meliputi :
  1. Nasi dengan alas daun pisang atau daun pohon yang lainnya yang berukuran kurang lebih 5 cm. 
  2. Lauknya sesuai dengan apa yang dimasak. Artinya, tidak ada suatu keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu. Apa yang dimasak oleh masyarakat Hindu Bali, itulah yang menjadi lauknya.
Sěgěhan atau banten jotan saiban ini ditempatkan pada :
  1. Tempat memasak
  2. Batu pengasah,
  3. Sapu (sampat), 
  4. Lesung/lumpang dengan alunya,
  5. Tempayan / tempat air.
Sěgěhan saiban hendaknya dipersembahkan hanya kepada alat-alat tersebut (Swarsi, 2003: 84).
Dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali, alat-alat seperti tersebut di atas memiliki jasa yang amat besar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, apapun yang dimakan oleh mereka harus dipersembahkan kepada alat-alat tersebut.

Sěgěhan saiban dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu di Bali tidak hanya dipersembahkan kepada peralatan tersebut di atas, tetapi juga kepada dewa-dewa atau manifestasi Tuhan dan bhuta kala di setiap tempat yang umumnya digunakan sebagai tempat persembahyangan seperti tempat beras, pelangkiran, halaman rumah, sanggah / merajan, lebuh atau jalan.

Saa Mantra Sěgěhan Saiban di Dapur 
dikutip dalam Ritual Segehan Pada Masyarakat Bali (ref1)

***
“Singgih Ratu Bhatara Brahma,
titiyang ngaturang banten nasi,
sakasida antuk titiyang maturan,
mangda lédang I Ratu amuktisari,
riwus amukti mangda lédang ngamijilang kasidian,
titiyang sekeluarga nunas kerahayuan,
suksma aturang titiyang”..
***

Sebagai tambahan, mesaiban atau Mejotan juga merupakan realisasi dari Panca Yadnya yang paling sederhana yang sering disebut Yadnya Sesa. Yadnya ini sebagai simbol pernyataan syukur dan terima kasih kepada Hyang Widhi Wasa atas Anugrahnya demikian disebutkan dalam kutipan dari salah satu komentar di forum diskusi jaringan hindu nusantara(ref2)
***