Dewa Tattwa adalah lontar dewata tentang upacara khususnya dalam hal mendirikan bangunan suci, arca, dan juga bermacam pedagingan bangunan suci dengan segala upakaranya yang sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan alih aksara dan alih bahasa lontar, dalam membangun tempat suci, seperti Meru, Gedong, Prasada, Padmasana, Pelinggih Ibu,
semuanya hendak dilengkapi dengan mendem pedagingan baik Nista, Madya maupun Utama.
Tentang proses pembangunan tempat suci sepatutnya terlebih dahulu disucikan dengan upakara Prayascita, Suci, Pejati, Rayunan Putih Kuning, Pengambeyan, Sasayut Durmanggala, Pras, Panyeneng, Rantasan, Daksina, Sesari 500 dll.
Tentang Kahyangan tempat suci yang terkena musibah (cuntaka) hendaknya disucikan dengan upacara Manyawang, mohon perkenan wara nugraha Sang Hyang widhi dengan rentetan upacara Ngenteg Linggih Bhatara, menghilangkan kekotoran, akhirnya melaksanakan upacara Pasasapuh dengan menghaturkan upacara Guru Piduka, dan lain-lain.
Selain itu, dalam lontar ini juga diuraikan mengenai Upacara Ngusabha Desa Nini dengan segala upakaranya, tata cara membangun Palinggih Prajapati dan juga upacara di setra, upacara Malabuh Gentuh di laut, Panjegjengan Hyang Narmada, Pancawalikrama, tentang jenis sesayut dan kepada siapa ditujukan, tentang ruwatan Sang Hyang Aghora untuk menghilangkan segala kekotoran dalam tubuh, dll.
Sebagai tambahan dalam Lontar Dewa Tattwa ini juga disebutkan,
Tentang Kahyangan tempat suci yang terkena musibah (cuntaka) hendaknya disucikan dengan upacara Manyawang, mohon perkenan wara nugraha Sang Hyang widhi dengan rentetan upacara Ngenteg Linggih Bhatara, menghilangkan kekotoran, akhirnya melaksanakan upacara Pasasapuh dengan menghaturkan upacara Guru Piduka, dan lain-lain.
Selain itu, dalam lontar ini juga diuraikan mengenai Upacara Ngusabha Desa Nini dengan segala upakaranya, tata cara membangun Palinggih Prajapati dan juga upacara di setra, upacara Malabuh Gentuh di laut, Panjegjengan Hyang Narmada, Pancawalikrama, tentang jenis sesayut dan kepada siapa ditujukan, tentang ruwatan Sang Hyang Aghora untuk menghilangkan segala kekotoran dalam tubuh, dll.
Sebagai tambahan dalam Lontar Dewa Tattwa ini juga disebutkan,
- Perbedaan antara jenis-jenis Caru dan Tawur yang setiap 100 tahun sekali terdapat Karya agung terbesar di Bali, Eka Dasa Rudra untuk keseimbangan dan keharmonisan bhuwana agung dan bhuwana alit sebagai aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana.
***