Wangsuhpada

Wangsuhpada artinya waranugraha untuk kemakmuran dan kadirghayusaan yang dimohonkan kepada Ida Sanghyang Widhi dalam bentuk air suci yang disebut tirtha wangsuhpada.

Di Bali, kita bisa lihat di dalam setiap pelaksanaan yadnya, tirta wangsuh pada dicampur dengan tirta upasaksi dari seluruh pelinggih, dicampur lagi dengan tirtha pelukatan dan pebersihan, baru setelah itu bisa dibagikan ke seluruh umat.

Sesungguhnya Tirtha adalah benda materi yang sakral, yang mampu menumbuhkan perasaan dan pikiran yang suci.
Jadi Tirtha bukanlah air biasa semata namun dalam upacara yadnya memiliki makna tersendiri yaitu merupakan lambang karunia / wara nugraha Ida Bhatara kepada umat yang memuja berupa Amrta (kehidupan yang sejahtera). 
Biasanya Tirtha Wangsuhpada sebagaimana yang dikutip dari catatan InputBali, makna tirtha dalam tradisi Hindu Bali ini disebutkan dipergunakan ketika persembahyangan selesai.
Jadi fungsi tirtha dalam persembahyangan adalah sebagai pembuka dan penutup persembahyangan.
Demikian pula makna yang terkandung dalam sungkeman bagi Hindu di Bali yang dilaksanakan oleh sulinggih kepada Nabenya yang jika dilihat dari suku katanya tirtha wangsuhpada berasal dari kata :
  • Tirta = air suci
  • Wangsuh = cucian
  • Pada = kaki
Jadi air suci yang didapat dari cucian kaki Ida Batara Siwa, dalam kontek sebagai Purusha atau sebagai guru jagat.

Sebagai wujud nyata dari pelaksanaan tersebut, 
Ida yang meraga Siwa (sulinggih) didalam memohon ajaran kepada nabenya untuk ditanamkan kedalam diri beliau agar menjadi Siwa yang nanti berhak mengajarkan kembali kepada umat (kawi swara) dan boleh nyurya sevana setiap pagi menjelang matahari terbit.
Mengapa disebut cucian kaki ??
Didalam petualangan mencari ilmu dari pengalaman-pengalaman, kakilah yang mengantarkan kita untuk mencapai tujuan. 

Sehingga pengalaman yang telah dilalui tersurat di dalam jejak kaki. 
Tanpa adanya kaki, maka pengalaman yang menjadi sumber pengetahuan tidaklah di dapat. 
Dan pengalaman gurulah yang paling utama. 
Logikanya kan seperti itu ?
Ilmu dari pengalaman itulah yang di mohon sebagai wujud bakti sang murid kepada gurunya.
Demikian juga kepada Ida Batara Siwa guru, pengetahuan itulah yang dimohon sebagai anugrah agar ditunjukkan jalan didalam mengarungi kehidupan ini. 

Dengan jalan mengikuti tapak kaki beliau yang berupa sastra-sastra weda. Pengetahuan weda itulah yang nantinga dianugrahkan kepada umatnya melalui wangsuh pada.
***