Bhuta Kala umumnya disebutkan merupakan penyebab terjadinya ketidakstabilan dan keseimbangan antara Bhwuana Agung dan Bhwuana Alit yang dapat mengganggu (ngrebeda) kehidupan manusia dan alam ini.
Dan ketika bhuta kala ngerangsukin angga sarira (tubuh manusia) menjadikan perbuatan manusia semakin tak terkendali.
Hal ini dalam Hindu Dharma disebut manusa mawak bhuta yang disebutkan agar dapat di somia sehingga kekuatan - kekuatan jahat agar menjadi suatu kekuatan yang baik
Dalam mitologi Bhutakala atau juga disebut "Bhuta Kala / Buta Kala" menurut Lontar Purwa Bhumi Kemulan dan Lontar Siwa Gama, Bhuta Kala berasal dari kata :
Penggunaan istilah ini sering disatukan sebagai Bhutakala, ada juga hanya Bhuta, dan ada juga hanya Kala. Namun esensi ketiganya sama.
Keberadaan Bhutakala awalnya karena Bhatara Siwa ingin mencipta alam semesta. Dalam hal ini Bhatara Siwa mempunyai lima putra (manifestasi), yang disebut Panca Korsika.
Kemudian Bhatara Siwa meminta putra-Nya yang bernama Sang Pretanjala untuk mengambil alih tugas saudara-saudara-Nya itu. Sang Pretanjala mohon agar Ia dibantu oleh Dewi Uma. Permintaan ini dikabulkan oleh Bhatara Siwa.
Maka Dewi Uma dan Sang Pretanjala berhasil menciptakan Bhuwana Agung dan mahluk-mahluk halus. Mahluk-mahluk halus ini ada tiga jenis, yakni yang baik misalnya:
Yang tidak baik misalnya:
Penggunaan istilah ini sering disatukan sebagai Bhutakala, ada juga hanya Bhuta, dan ada juga hanya Kala. Namun esensi ketiganya sama.
Keberadaan Bhutakala awalnya karena Bhatara Siwa ingin mencipta alam semesta. Dalam hal ini Bhatara Siwa mempunyai lima putra (manifestasi), yang disebut Panca Korsika.
Kemudian Bhatara Siwa meminta putra-Nya yang bernama Sang Pretanjala untuk mengambil alih tugas saudara-saudara-Nya itu. Sang Pretanjala mohon agar Ia dibantu oleh Dewi Uma. Permintaan ini dikabulkan oleh Bhatara Siwa.
Maka Dewi Uma dan Sang Pretanjala berhasil menciptakan Bhuwana Agung dan mahluk-mahluk halus. Mahluk-mahluk halus ini ada tiga jenis, yakni yang baik misalnya:
Yang tidak baik misalnya:
- raksasa, mahluk mistik besar yang amat mengerikan.
- denawa,
- pisaca, yang dapat menghasut seseorang berbuat asubha karma yang tidak baik.
- daitya.
- Brerong yang sering mencuri uang.
Dewi Uma kemudian menjelma menjadi Bhatari Durgha dan memecah diri-Nya menjadi lima yakni:
- Sri-Durgha, berkedudukan di timur. Ia menciptakan: Kalika-Kaliki, Yaksa-Yaksi, Bhuta Dengen.
- Dhari-Durgha, berkedudukan di selatan. Ia menciptakan: Bhuta Kapragan.
- Suksmi-Durgha, berkedudukan di barat. Ia menciptakan: Kamala-Kamali, Kala Sweta.
- Raji-Durgha, berkedududkan di utara. Ia menciptakan: Bregala-Bregali, Bebai.
- Durgha, berkedudukan di tengah-tengah. Ia menciptakan: Bhuta Janggitan di timur, Bhuta Langkir di selatan, Bhuta Lembu Kania di barat, Bhuta Taruna di utara, Bhuta Tiga Sakti di tengah-tengah, Bhuta Lambukan di tenggara, Bhuta Hulu-Kuda dan Bhuta Jingga di barat daya, Bhuta Ijo di barat laut, dan Bhuta ireng di timur laut.
Melihat Dewi Uma menjadi Bhatari Durgha, maka Sang Pretanjala ikut berubah menjadi Mahakala. Ia berkedudukan di tengah-tengah bersama Durga dan ciptaan awal mereka adalah Panca Mahabhuta.
Ia mengajak keempat saudara-Nya yang sudah di kutuk menjadi Bhutakala dan memberikan kedudukan kepada mereka masing-masing sebagai berikut: Korsika di timur, Garga di selatan, Maitri di barat, dan Kurusya di utara.
Bhutakala yang diciptakan oleh Bhatara Siwa sehubungan dengan kelahiran manusia, menurut Lontar Tutur Kandapat.
Bhutakala yang diciptakan oleh Bhatara Siwa untuk menguji manusia dalam menghadapi Hari Raya Galungan, menurut Lontar Sri Jayakasunu yang pada hari / dina Redite, Paing, Dungulan disebutkan diturunkan Bhuta Amangkurat. Pada Soma, Pon, Dungulan, Bhuta Dungulan, dan pada Anggara Wage, Dungulan, Bhuta Galungan demikian disebutkan dalam referensi dari Seluk Beluk Caru dan Taur di dokumen Facebook Forum Jaringan Hindu Nusantara.
Dalam Lontar Tantu Pagelaran disebutkan pula, dengan pertunjukkan tarian Sanghyang dan bantuan caru serta tunggul Gana Kumara, konon para bhutakala sangat tertarik mendengar dan melihat tarian Sanghyang sehingga datang beramai-ramai menonton dan lari tunggang langgang setelah melihat Bhatara Gana Kumara ada disana.
Sehingga agar para bhuta kala ini tidak mengganggu kehidupan manusia serta terjadinya kestabilan dan keseimbangan antara Bhwuana Agung dan Bhwuana Alit, disebutkan yaitu dengan :
Ia mengajak keempat saudara-Nya yang sudah di kutuk menjadi Bhutakala dan memberikan kedudukan kepada mereka masing-masing sebagai berikut: Korsika di timur, Garga di selatan, Maitri di barat, dan Kurusya di utara.
Bhutakala yang diciptakan oleh Bhatara Siwa sehubungan dengan kelahiran manusia, menurut Lontar Tutur Kandapat.
Bhutakala yang diciptakan oleh Bhatara Siwa untuk menguji manusia dalam menghadapi Hari Raya Galungan, menurut Lontar Sri Jayakasunu yang pada hari / dina Redite, Paing, Dungulan disebutkan diturunkan Bhuta Amangkurat. Pada Soma, Pon, Dungulan, Bhuta Dungulan, dan pada Anggara Wage, Dungulan, Bhuta Galungan demikian disebutkan dalam referensi dari Seluk Beluk Caru dan Taur di dokumen Facebook Forum Jaringan Hindu Nusantara.
Dalam Lontar Tantu Pagelaran disebutkan pula, dengan pertunjukkan tarian Sanghyang dan bantuan caru serta tunggul Gana Kumara, konon para bhutakala sangat tertarik mendengar dan melihat tarian Sanghyang sehingga datang beramai-ramai menonton dan lari tunggang langgang setelah melihat Bhatara Gana Kumara ada disana.
Sehingga agar para bhuta kala ini tidak mengganggu kehidupan manusia serta terjadinya kestabilan dan keseimbangan antara Bhwuana Agung dan Bhwuana Alit, disebutkan yaitu dengan :
- Melaksanakan upacara nyupat bhuta kala ini dapat dilaksanakan dengan upakara bhuta yadnya baik itu dalam tingkatan nista, madya dan utama.
- Dibuatkan tugu sedahan di pekarangan rumah dan di Lebuh untuk Ratu Ngurah Tangkeb Langit.
- Dan dihaturkan segehan yang bertujuan sebagai ungkapan terima kasih atau rasa syukur atas jasa Beliau dalam menjaga kehidupan ini.
***