Bhuta Yadnya

Bhuta Yadnya adalah upacara yadnya yang dilaksanakan untuk menjaga keharmonisan Bhuta Hita yang dibangun dari Panca Maha Bhuta yang merupakan unsur-unsur dasar dari bhuwana agung (alam semesta) maupun bhuwana alit itu sendiri.
Dimana pelaksanaan upacara ini disebutkan dilaksanakan saat posisi matahari dalam keadaan Wiswayana yaitu berada tegak lurus di atas garis tengah bumi (madhyanikang bhuana) untuk menemui buta hitta atau jagathita dan kerahayuan jagat.

Bhuta Yadnya sebagai bagian dari Upacara Panca Yadnya disebutkan bahwa yadnya yang ditujukan kepada Bhuta Kala yang mengganggu ketentraman hidup manusia,
  • kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang sering menimbulkan gangguan serta bencana, 
  • tetapi dengan Bhuta Yadnya ini maka kekuatan - kekuatan tersebut akan dapat menolong dan melindungi kehidupan  manusia dan alam semesta ini.
Adapun Tujuan Upacara Bhuta Yadnya ini juga untuk memohon kehadapan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) agar beliau memberi kekuatan lahir bathin,
  • juga untuk menyucikan dan menetralisir kekuatan - kekuatan yang bersifat negatif yang disebut bhuta kala.
  • sehingga dapat berfungsi dan berguna bagi kehidupan manusia.
Butha Yadnya pada hakekatnya menjaga keharmonisan dan merawat lima unsur alam yang disebut “panca maha butha”. Kalau kelima unsur alam itu berfungsi secara alami, maka dari kelima unsur itulah lahir tumbuh - tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itulah sebagai bahan dasar makanan hewan dan manusia. 

Kalau keharmonisan kelima unsur alam itu terganggu maka fungsinya pun juga akan terganggu. Tanah, api (matahari), udara dan ether juga berfungsi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Peredaran kelima unsur alam itu melahirkan iklim serta siang dan malam. 

Karena itu upacara mecaru sebagai salah satu upacara butha yadnya itu berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai spiritual kepada umat  manusia agar memiliki wawasan kesemestaan alam. Demikian dijelaskan "Bhuta Yadnya" dalam kutipan dokumen Bhuta Yadnya untuk Keharmonisan yang salah satu upacaranya disebutkan sebagai berikut :
  • Nyupat Bhuta Kala dilaksanakan yang bertujuan agar para bhuta kala tersebut tidak mengganggu kehidupan manusia.
  • Mapekelem sebagai implementasi dari ajaran Sad Kerti yang bertujuan untuk menanamkan jiwa cinta kasih kepada sumber-sumber alam.
  • Bhuta Yadnya untuk mensucikan palemahan digunakan agar areal wilayah sekitar rumah menjadi lebih harmonis.
  • Makalah agama Bhuta Yadnya | disebutkan upacara ini juga berfungsi sebagai sarana untuk menetralisir (nyomia) semua kekuatan-kekuatan yang bersifat Asuri Sampad (sifat keburukan) yang telah bersemayam ke dalam bhuwana agung (makrokosmos) dan Bhuwana alit (mikrokosmos), sehingga dapat mencapai bhuta hita agar keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara bhuwana agung dan bhuwana alit dapat dipertahankan secara berkesinambungan. Kalau dilihat dari segi makna pelaksanaan upacara Bhuta yadnya,
    maka Makna Upacara Bhuta Yadnya adalah sebagai berikut:
    1. Bermakna sebagai pengeruat (penyupatan)
    2. Bemakna sebagai kesejahteraan
    3. Bermakna sebagai peleburan dosa
    4. Bermakna sebagai korban suci (yadnya)
    • Sanggah Cucukberbentuk segitiga, mengandung Nyasa "TRI MALA PAKSA", yaitu : kayika Mala paksa, Wacika Mala paksa, dan Manacika mala paksa.
    • Penimpug berfungsi untuk menetralisir kekuatan kala Bhucari yg bersemayam pada Bhur loka sebagai tempat bhuta kala berada.
    • Prakpak/Orob2 berfungsi sebagai simbul suci dari kekuatan ," TEJA", serta memiliki fungsi sebagai penyomia , untuk mengembalikan kekuatan panca Maha Bhuta yg berasal dari unsur Teja .
    • Kulkul bermakna sebagai simbolis mengundang/membangunkan butabhuti untuk datang.
    • Sampat berfungsi untuk mempralina caru juga memakai sapu lidi berjumlah 12 helai sebagai simbul suci dari kekuatan "PERTIWI" berfungsi untuk mengembalikan kekuatan panca maha bhuta , yg berasal dari unsur PERTIWI. Simbolis alat pembersihan sesuai fungsinya sebagai sapu angrapuhaken ikang Mala.
Energy Panas dan dingin sebagai penetralisir kekuatan bhutakala.
    • SENGKUI sebagai simbolik dari tulang Manusia yangg dianyam tengkurap memakai daun kelapa di sesusikan dgn jumlah urip masing2 pengideran.
    • Siap Caru sebagai simbolik dari Rajas dan Tamas. di jadikan olahan sate bayang2 peketengan biasanya sesuai urip pengideran.
***