Rajas

Rajas adalah sifat aktif manusia sebagai bagian dari Tri Guna, dimana :
  • Yang bergerak cepat itu ciri orang rajah namanya.
  • Dan sebuah persembahan dengan pengharapan yang berlebihan disebut dengan rajasika yadnya.
Dan sifat Rajas yang mendominasi pikiran dan kepribadian manusia akan dapat menyebabkan terlahirnya prilaku agresif, egoistis, dinamis, dan penuh hasrat atau nafsu.
Seperti halnya disebutkan dalam kisah cerita Cupak Dan Gerantang dalam Representasi Harmoni,Etika, dan Estetika Manusia Bali.
Sehingga sifat rajas ini disebutkan tidaklah dibiarkan tanpa kendali karena dapat mempengaruhi karakter manusia untuk selalu memiliki pengaruh kecendrungan berpikir berkata dan berbuat dengan :
  • penuh nafsu, untuk dapat mencapai kepuasan diri. 
    • Seperti sifatnya Sarpanaka sebagai Luh Luu.
  • angkuh, 
  • sombong, 
  • cepat tersinggung, 
  • rakus, 
  • haus kekuasaan 
  • ambisi yang tak terkendali.
dan dalam melakukan apa saja tidak pernah mau mengalah atau tidak pernah merasa salah menganggap dirinya selalu paling benar.

Ciri-Ciri Sifat Rajas disebutkan pula dalam Menawadharmasasta XII.32 disebutkan :
Sangat bergairah akan melakukan tugas-tugas pekerjaan, kurang didalam ketekunan, melakukan perbuatan-perbuatan berdosa, dan selalu terikat akan kesenangan-kesenangan jasmani, semuanya merupakan sifat rajas.(Pudja dan Sudharta, 1996 : 724)
Sifat Rajas yang diartikan dengan sifat nafsu, sifat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Lincah, gesit, kasar, cepat tersinggung, keras kepala, congkak, emosi, ego yaitu aktifitas yang dinyatakan sebagai raga-dwesa, suka tau tidak suka, cinta atau benci, menarik atau jijik. 
Dalam hal memilih makanan sifat Rajas sebagai berikut : katv-amala-lavanaty-usna tiksa ruksa vidahinah ahara rajasasyeta dhukha-sokamaya pradah
artinya: Makanan yang terlalu pahit, terlalu asam, terlalu manis, panas sekali atau menyebabkan badan menjadi panas sekali, terlalu pedas, terlalu kering dan berisi terlalu banyak bumbu yang keras sekali disukai oleh orang dalam sifat nafsu.
Dalam sloka - sloka Bhagavad Gita disebutkan, makanan yang dalam sifat nafsu tersebut dapat menyebabkan duka cita, kesengsaraan dan penyakit. (Bhagavad Gita 17.9), yang dalam melakukan yadnya disebutkan : abhisandhaya tu phalam dambhartham api caiva yat, ijyate bharata-srestha tam yajnam viddhi rajasam.
Artinya: Tetapi hendaknya engkau mengetahui bahwa korban suci yang dilakukan demi keuntungan material, atau demi rasa bangga adalah korban suci yang bersifat nafsu, wahai yang paling utama diantara para bharata.(Bhagavad gita 17.12), 
Dalam hal pertapaan disebutkan: Satkara-mana-pujartham tapo dambhena caiva yat, Kriyate tad iha proktam rajasam calam adhruvam
Artinya: Pertapaan yang dilakukan berdasarkan rasa bangga untuk memperoleh pujian, penghormatan dan pujaan disebut pertapaan dalam sifat nafsu 
(Bhagavad Gita 17.15), 
Dalam hal kedermawanan atau dana punia disebutkan : yat tu pratyupakarartham phalam uddisya va punah, diyate ca pariktistam tad danam rajasam smrtam
Artinya : Tetapi sumbangan (punia) yang diberikan dengan mengharapkan pamrih, atau dengan keinginan untuk memperoleh hasil atau pahala, atau dengan rasa kesal, dikatakan sebagai kedermawanan dalam sifat nafsu (Bhagavad Gita 17.21).
Sehingga di dalam Bhagavadgita (XVI.21) disebutkan adanya tiga pintu gerbang neraka yang merupakan dosa atau papa yang mengantarkan ke tiga pintu gerbang neraka, yakni: moha, lobha, dan krodha. Ketiga perbuatan buruk (papakrt) merupakan papa atau dosa yang mesti dihindari oleh setiap orang, terutama yang ingin sukses menempuh jalan rohani. Demikianlah disebutkan dalam sumber kutipan kesimpulan dari artikel, "Pengaruh Triguna Terhadap Tingkat Sradha Dalam Pengembangan Budhi Pekerti".
Sehingga disebutkan pula bahwa, sembahyang dengan mantra Tri Sandhya yang dilakukan pada saat siang hari sebelum jam 12 dapat mengendalikan “Guna Rajas” agar tidak menjurus ke hal-hal negatif. 
***