"Duka" berasal dari kata “Dhuk” atau sedih atau menderita, dan
“Citta” berarti perasaan atau pikiran,
Jadi Duka Cita dapat diartikan “perasaan dan pikiran yang bersedih atau menderita.Seperti halnya dikatakan oleh Ikatan Cendikiawan Hindu NTB dimana orang Hindu tidak pernah berduka sebagaimana yang tersebut dalam Bhagavad Gita yang menganjurkan, begitu juga logika kehidupan ini menanyakan,
“Kenapa kita berduka atas kematian?” bukankan roh orang meninggal itu tidak pernah bisa dimusnahkan?
Bukankah roh tidak pernah mati?, bukankah sang roh akan mencari badan phisik yang baru lagi? Menderitakah sang Roh yang meninggal itu?Kalau pertanyaan terakhir ini, jawabannya tergantung karma wasana roh tersebut selamaa dia memiliki badan phisik di dunia.
Kalau boleh kita jujur, mereka yang menagis dan bersedih dengan meninggalnya orang-orang dekatnya itu bukanlah sedih akibat kematian sang seda (yang meninggal), tetapi lebih dikarenakan orang yang masih hidup itu merasa kehilangan, tidak jauh beda dengan kehilangan benda-benda yang disayangi akibat “keterikatan”, mereka yang ditinggal menjadi sedih bukan karena orang yang meninggal nantinya akan menderita, atau perjalanan selanjutnya sang seda setelah meninggal, tetapi kerabat yang masih hidup menangis sedih sematamata karena kehilangan, dia sedih terhadap nasib dirinya sendiri yang kehilangan orang tuanya sedih sama dirinya yang tidak bisa mendapat perhatian orang tua yang sudah meninggal, saudara-saudaranya yang sedih menangis karena dirinya tidak lagi mempunya saudara tempat bercerita, curhat dan lain-lainnya, jadi sedih atau duka yang terungkap itu sematamata sedih pada diri sendiri yang kehilangan sesuatu/seseorang yang selama ini bermanfaat bagi kehidupannya selama ini.
Ini bukanlah sedih karena sayang pada sang seda, tapi sedih karen diri sendiri.Diceritakan pada zaman dahulu, Krishna sudah sangat memahami esensi kehidupan dan keterikatan di alam skala ini. Itulah sebabnya kenapa Krishna menyadarkan Arjuna, dengan mengatakan pada Arjuna, bahwa dia tidak pantas besedih terhadap kematian orang yang mati, tidak pantas sedih terhadap sesuatu yang tidak pantas dibuat sedih.
Karena upacara Ngaben seperti dikutip dari ensiklopedia Indonesia dikatakan bahwa upacara ngaben ini dianggap penting bagi masyarakat Bali, karena dianggap sebagai penghormatan dari orang yang ditinggalkan.
Sehingga upacara ini dilaksanakan dengan semarak tanpa isak tangis, karena dipercaya kalau menangisi orang yang telah meninggal, maka akan menghambat perjalanannya menuju tempatnya.
***