Peleburan Dosa

Peleburan Dosa adalah upaya untuk dapat menusnahkan dosa yang bertujuan untuk dapat mensucikan atman dari belenggu kepapaan secara lahir dan bathin.

Dalam Hindu Dharma disebutkan peleburan dosa ini dapat dilakukan dengan cara berikut :
Om ksàntavyah kàyiko Dosah
ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm

Artinya :
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa wacika / perkataan hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba..
  • Sawa Preteka dilaksanakan sebagai jalan untuk peleburan dosa-dosa leluhurnya atas karma baik dari keturunannya.
  • Taat melaksanakan tapa pada hari pengampunan dosa yang dilaksanakan saat hari suci siwa ratri.
Dalam kitab Sarasamuscaya 16 disebutkan dalam keagungan dharma sebagai peleburan dosa :
“Seperti prilaku matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang-orang yang melaksanakan dharma untuk memusnahkan segala macam dosa”..
Maka dharma juga yg bisa menerangi sekitar untuk bisa meleburkan dosa itu sendiri…
Konsep dasar peleburan dosa dapat dipahami pada sudut pandang karma dan pahala itu sendiri.
Manusia lahir karena keseimbangan tri guna (satwik rajas tamas) dalam karmanya (sesuai wrspatti tattwa) dan sesuai dengan prosentase detail dari ketiga itu.. 
    • Satwik akan membentuk manusia yang.berbudhi,
    • Rajas akan ada di manusia yang aktif dan kuat,
    • serta Tamas akan masuk banyak pada manusia yg malas dan pasif..
Prosentase yang hanya Hyang Wenang saja yg memiliki data2 validNya..

Maka ketika papa budhi penuh dosa turun ke dunia sbagai manusia, proses peleburan dosa itu sendiri dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan dharma yang dikonsep dalam bentuk empat catur marga yang ada..
Sampai akhirnya usai dan menuju alam Loka lainNya.. (seperti tingkatan alam swah loka)
Manusia tentu masih memiliki sifat maya itu sendiri yang membelenggu mereka.. Dalam.hal ini prilaku yang mengarah ke sattwika guna (dengan keaktifan rajasika) akan menuju pada karma karma baik lain..

Karma sendiri yg dinikmati adalah bagian penikmatan dosa dan pahala manusia tersebut..
Dimana penikmatan karma itu (yang bisa lintas samsara) akan dibarengi dengan pembentukan karma-karma lain..
Sehingga ketika manusia telah “Tersadarkan” bahwa melaksanakan dharma adalah bagian dari mencipta karma baik, 
Maka dengan sendirinya ia memiliki kekuatan cukup untuk menerima karma wasana buruk yang lalu, serta hidup dgn balutan dharma untuk menerangi dan menuju kebebasan dari maya serta kebahagiaan dalam cahaya “kebersatuan”..
Kesimpulan yang dapat dipetik yaitu :
Manusia dasarnya adalah lahir dengan kombinasi keseimbangan Tri Guna (satwik rajas tamas yg papa.. 
Dalam melaksanakan keseharian, maka akan menikmati karma-karma yang ada dan dengan Dharma yang Agung akan mampu menciptakan kebaikan kedepan dan kuat pada penikmatan karma itu sendiri..
Sehingga dapat menguatkan diri agar bisa melebur dosa-dosa yang ada.
Dan tentunya Sivaratri adalah tepat dikatakan sebagai malam perenungan dosa yang juga salah satu bagian peleburan dosa itu sendiri (yang terjadi setiap hari kehidupan manusia)..
***