Wacika adalah selalu berkata yang benar sebagai salah satu prilaku dari Tri Kaya Parisudha yang berasal dari gerak lidah atau perkataan / suara manusia.
Melah pelapanin mamunyi ring ida dane samian, yang dimaksudkan :
Lebih baik hati-hati dalam berbicara, kepada semua orang agar tak ternoda keturunannya.
Karena itu di Bali disebutkan bahwa, ile-ile dahat dengan ucapan karena ucapanmu adalah doamu..
Semoga jika kita selalu berusaha menjaga ucapan kita akan terhindar dari nasib buruk kita dan akan selalu sehat berkah rejeki demikian pula halnya dengan keberuntungan.
Dan setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang membaca dan mendengarkanya. Sehingga bertutur kata / wicara hendaknya sopan.Dalam pembagiannya sebagaimana disebutkan dalam kutipan catatan Tri Kaya Parisudha, Sukes's Blog, Wacika terdiri dari :
- Tan Ujar Ahala, tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati.
- Tan Ujar Apergas, tidak mengeluarkan kata-kata yang keras
- Tan Mithya, tidak berbohong.
- Tan Misune, tidak menfitnah
Wacika yang disucikan dengan Mantram Tri Sandhya pada bait ke 6 disebutkan,
"OM ... ksàntavyo vàciko mama..."
Baik buruk perkataan tersebut akan selalu menimbulkan sebab akibat, hendaknyalah disebutkan selalu berpedoman pada mona brata dalam kehidupan sehari - hari maupun setelah melaksanakan sembahyang atau meditasi dan japa sehingga akan selalu mendapatkan kebahagiaan.
Maka dari itu alangkah baiknya setiap perkataan dapat dijaga dengan baik karena disebutkan bahwa setiap perkataan yang akan kita keluarkan dari bibir dapat memiliki pengaruh bagi diri kita juga bagi orang lain seperti pada sloka dibawah ini :
Wasita nimitanta manemu laksmi,
Wasita nimitanta pati kapangguh,
Wasita nimitanta manemu dukha,
Wasita nimitanta manemu mitra
Kakawin Niti Sastra, V.3
Terjemahan :
Karena berbicara engkau menemukan kebahagiaan
Karena berbicara engkau mendapat kematian
Karena berbicara engkau akan menemukan kesusahan
Karena berbicara pula engkau mendapatkan sahabat.
Demikian ditambahkan oleh Arwind satyani dalam kutipan atikelnya sebagai tambahan dalam pedoman etika dan susila dalam menjalani kehidupan ini.
Dan sebagai renungan :
- Pengaruh nada suara (intonasi) dalam berbicara, karena rasa tidak pernah bohong dan suara hati adalah hasil dari olah pikir kita sendiri.
- Memaknai filsafat prajna vadan disebutkan untuk dapat menuntun hidup dan kehidupan yg tenteram, damai, harmonis, dan mulia.