Susila

Susila berasal dari suku kata su dan sila, su yang dalam swastika disebutkan berarti baik sedangkan sila berarti perilaku;
Jadi susila adalah perilaku yang baik sehingga suatu perilaku dikatakan etis atau baik apabila sesuai dengan norma-norma yang ada untuk dapat menciptakan hubungan yang harmonis dalam tatanan bermasyarakat.
Dan berkaitan dengan Susila/Ethics tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Widhi Sastra, The basic framework of Hinduism disebutkan bahwa kita sebagai mahluk sosial dalam bermasyarakat hendaknya juga dapat mengacu pada ajaran-ajaran sebagai berikut :
Susila yang juga merupakan tata nilai tentang baik dan buruk sebagaimana disebutkan bahwa; 
Apa yang harus dikerjakan dan apa pula yang harus dihindari sehingga tercipta suatu tatanan antar manusia dalam masyarakat yang dianggap serasi, baik rukun dan bermanfaat bagi setiap orang seperti halnya cuntaka menurut pandangan agama Hindu.
Batasan susila dalam kutipan teks dharma wacana tentang susila agama juga disebutkan yaitu peraturan tentang tingkah laku manusia yang baik dan mulia yang selaras dengan ketentuan-ketentuan didalam Dharma Agama.

Kita bisa menyimak antara :
  • salah dan benar, 
  • baik dan buruk 
  • dan lain-lainnya.
Seperti halnya sebuah bangunan yang hanya mempunyai dasar (fondasi) yang kokoh dan kuat demi tegaknya bangunan itu,  
Maka Susila Agamapun harus mempunyai dasar yang kokoh dan kekal yaitu Dharma (Agama).
Susila yang berdasarkan ajaran-ajaran Dharma (Agama),
baru bisa meresap didalam diri kita masing-masing.
Lalu sumbernya yaitu kitab suci veda, baik itu sruti maupun smrtinya (cerita-cerita Ramayana, Maha Bharata dan lain-lain).,
Inilah yang menjadi sumber dari ajaran dharma (agama), untuk memperkuat Susila Agama (tingkah laku kita berbuat yang baik di dunia ini semasih kita hidup).
Agama (dharma) sebagai jalan hidup untuk mencapai kesempurnaan, yang ditinjau oleh Susila, susila yang didasari budhi pekerti yang luhur, amal kebijakan, kesucian dan kebahagiaan yang langgeng, hidup abadi yang disebut moksa, semuanya itu disebut Agama (Dharma) yang bertujuan untuk :
  • Membina hubungan yang selaras dan kerukunan antara manusia dengan sesamanya, antara manusia dengan lingkungannya, antara manusia dengan pemerintah yang mana kita harus menjungjung tinggi undang-undang yang berlaku, 
    • kita tidak boleh kaku dengan pendapat sendiri, sesuatu yang akan kita buat atau pecahkan harus dengan cara musyawarah mufakat, 
    • serta yang paling utama manusia dengan penciptanya (Sang Hyang Widhi Wasa), selalu kita menjalankan puja Tri sandya 3x sehari, dimana kita sudah secara langsung mendekatkan diri kita kepada Sang Hyang Widhi Wasa. 
***