Sapta Petala

Sapta Petala adalah 7 lapisan alam bawah yaitu neraka (bhur loka) untuk tempat roh, atma atau jiwa - jiwa terperosok dalam lingkungan yang tidak mengalami kebahagiaan dan kedamaian.

Seperti disebutkan dalam kutipan Tri Loka, 7 lapisan - lapisan alam bawah ini disebutkan sebagai berikut :
  1. Lapisan Atala, sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia baik secara fisik maupun melalui perkataan melakukan :
    • hinaan, mari asah kembali mata hati kita.
    • fitnah, dengan sering membuat pisuna.
    • penipuan (memirat), penistaan agama;
    • manipulasi, 
    • ajaran spiritual palsu, 
    • hasutan, dll, yang menyebabkan seseorang mengalami kesengsaraan berkepanjangan. Sumber kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan memory akan rasa marah, tersinggung, rasa sakit fisik, rasa bersalah, dll. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan memory akan kasih sayang dan kebaikan yang pernah dilakukan.
  2. Lapisan Witala, sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya menyebabkan sekelompok orang mengalami kesengsaraan berkepanjangan. Misalnya saja (hanya contoh) 
    • melakukan penipuan besar kepada sekelompok orang, 
    • mengeksploitasi tenaga kerja, dll, Dan sumber kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan memory akan berbagai keinginan-keinginan pikiran yang tidak terpenuhi seperti karir, pendidikan, rasa sayang dari anak-anak, dll.
  3. Lapisan Sutala, sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia baik secara fisik maupun melalui perkataan yang menyebabkan banyak orang mengalami kesengsaraan berkepanjangan. Misalnya saja (hanya contoh),
    • meracuni makanan atau obat-obatan,
      • formalin, 
      • methanol, 
      • zat berbahaya,
      • obat dengan dosis tidak sehat dll
    • memproduksi narkoba, 
    • melakukan mirat dana, korupsi dengan dampak besar, dll. Sumber kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan memory akan berbagai keinginan-keinginan badan dan pikiran yang tidak terpenuhi.
  4. Lapisan Talatala, kita mulai memasuki lapisan alam negatif (pertama) yang merupakan habitat bagi jiwa-jiwa yang sedikit punya rasa kasih sayang dan dominan punya bathin gelap seperti : 
    • kemarahan, 
    • dendam, 
    • iri hati, dan 
    • kebencian. 
    • Sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia melakukan, menghasut, mengatur, memanipulasi atau mengorganisir kebencian pada orang lain (melalui orasi, ideologi, ajaran spiritual, dll) yang berujung pada terjadinya aksi kekerasan fisik fatal kepada sekelompok orang. 
      • Sang jiwa di alam ini mulai merasakan kesengsaraan mental yang mendalam, akibat proyeksi mental-energi yang tidak terhingga di alam ini.
      • Dan atman atau roh orang yang bunuh diri juga disebutkan akan memasuki alam gelap atau Asurya Loka dan tak tanggung-tanggung, roh mereka akan dihukum di sini selama puluhan ribu tahun.
  5. Lapisan Mahatala, sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia melakukan, 
    • menghasut, 
    • mengatur, 
    • memanipulasi, atau 
    • mengorganisir kebencian pada orang lain, melalui:
      • orasi, 
      • ideologi, 
      • ajaran spiritual, dll, yang berujung pada terjadinya aksi kekerasan fisik fatal kepada banyak orang. Sumber kesengsaraan di alam ini adalah akibat perbudakan mental dari jiwa-jiwa gelap penguasa alam petala serta sang jiwa merasa putus asa akibat kecilnya peluang untuk bisa bebas dari alam ini.
  6. Lapisan Rasatala, sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia mendatangkan terjadinya aksi kekerasan fisik fatal kepada banyak orang di suatu wilayah besar dari suatu negara atau bangsa.
  7. Lapisan Patala, sang jiwa akan lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia melakukan, 
    • menghasut, 
    • mengatur, 
    • memanipulasi, atau 
    • mengorganisir kebencian pada orang lain;
      • melalui orasi, 
      • ideologi, 
      • ajaran spiritual, dll, yang berujung pada terjadinya aksi kekerasan fisik fatal kepada banyak orang di satu negara atau lintas negara (beberapa negara atau bangsa).
Tidak ada kegelapan yang bisa dihilangkan dengan kegelapan baik rasa takut, sedih, marah, benci, penuh keinginan, dll, kegelapan hanya bisa hilang dengan cahaya terang.

Sehingga satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan dan mengeluarkan kita dari alam ini adalah,
  • pikiran yang bersih, 
  • tenang-seimbang, 
  • bebas dari sad ripu 
  • serta penuh welas asih dan kebaikan tidak terbatas kepada semua.

Melakukan meditasi atau japa mantra tertentu juga cukup membantu. Sehingga ketika ada mahluk-mahluk suci dari alam-alam luhur atau dari dunia material yang memiliki welas asih-nya kemudian datang kesini untuk menunjukkan jalan menuju cahaya (menyelamatkan kita), kita bisa secepatnya keluar dari sini.

Tapi tanpa bathin kita sendiri bersih serta penuh welas asih dan perilaku kebaikan (subha karma), mereka juga tidak akan bisa mengeluarkan kita dari sini.

Sebagaimana disebutkan pula bahwa untuk keharmonisan alam neraka atau sapta petala ini agar seluruh mahluk yang berada di alam ini tidak mengganggu kehidupan bhuwana agung dan manusia itu sendiri sehingga diperlukan sarana kelengkapan pada saat melakukan yadnya sebagai berikut :
  • Penggunaan daksina dengan kelapa didalamnya pada sebuah upacara yadnya sebagai simbol dari alam sapta petala ini.
  • Pada upacara ngenteg linggih, sebagaimana disebutkan pada Puncak Karya Ngenteg Linggih dan Nubung Daging, diperlukan tetandingan banten yaitu : Pebangkit / bebangkit selem, catur miwah sorohannyane guling bawi, sate jerimpen atungguh, pangkonan 4, maulam bawi 4 karang, jauman aporodan mejaje lebeng andus / mekuskus, rayunan matah lebeng, salaran bebek selem, ayam selem (hidup), jinah kompolan, beras, ketan, injin, tegen tegenan genep, pecanangan, galahan sarwa 4, mejinah 4000 keteng, Pecanangan sok poleng genep isin pecanangan, rantasan seperadeg, guling bawi terus gunung lebeng asibak (sane asibak kantun mebulu rauh ketendas), mekamben selem, mebunga, megelang, mebungkung (antuk emas) nyelet arit sudamala, basang miwah getih bawine matah mawadah payuk anyar metutup tetingkeb asoroh mewastra selem, bagia pulakerti
Demikian keberadaan alam sapta petala ini dijelaskan.
***