Penistaan Agama

Menistakan suatu agama sama artinya dengan menghina sebuah keyakinan yang pada saatnya nanti akan dapat menjerumuskan diri ke alam neraka khususnya dalam sapta petala yaitu pada lapisan atala.

Sang jiwa akan mengalami kesengsaraan berkepanjangan. 
Dan sumber dari kesengsaraan di lapisan alam ini adalah pikiran dan memory akan rasa marah, tersinggung, rasa sakit fisik, rasa bersalah, dll.

Dalam kitab Saramuscaya sloka 277 disebutkan;
Mereka yang tidak dirasuki oleh amarah dan kebencian, mereka yang mencintai kebenaran, tetap teguh dalam pengendalian indrawi, mengasihi segala makhluk seperti mengasihi diri sendiri; orang yang melakukan hal tersebut akan memperoleh pahala yang sama dengan orang yang tekun mengunjungi dan bersembahyang ke tempat-tempat suci.

Dalam Atharvaveda ;4.9.5 disebutkan :
Seseorang yang menerima dan memuja Tuhan, tidak akan mudah marah, tidak pula melakukan himsa karma, sebaliknya ia tidak akan mendapatkan kesedihan dan terlepas dari kesulitan di dalam kehidupan ini. 

Diceritakan pada suatu hari ada dua sahabat dengan keyakinan berbeda yang di copas dari grup WA, smg menginspirasi..

Slim : Sin,,,gimana sikap kamu seandainya agamamu dihina dan dilecehkan.
Sindu : Oleh siapa ?
Slim : Oleh umat lain dong .
Sindu : Oh umat lain. Yang paling bisa mengerti dan memahami seluk beluk rumahnya tentu pemilik rumah kan ? Orang lain atau tetangga biarkan saja menilai rumah kita dari luar. Kalau kamu sudah merasa nyaman dengan rumahmu, untuk apa memikirkan apa kata tetangga. Begitu juga agama, pasti yang paling memahami adalah penganutnya.

Slim : Kamu gak marah nih kalau ada umat lain menghina agama Hindu ?
Sindu : Tergantung seberapa besar kamu bisa nilai agamamu. Manusia menganggap berlian adalah batu mulia paling mahal dan paling bernilai. Berlian akan tetap berlian kalaupun ia berada di dalam sampah, kotoran dan hal-hal yang menjijikan. Maukah kamu memungut sebiji kacang ijo Berlian dalam kotoran manusia ?

Slim : Ya tentu mau dong….karena aku tau nilainya.
Sindu : Ya begitu juga dengan agama. Orang yang menghina dan meremehkan agama saya, sujatinya ia tidak mengerti tentang nilai keagungan yang ada dalamnya. Ia tidak mampu melihat indahnya berlian yang terkubur di dalam tanah. Tugasnya orang yang dihina adalah berusaha menunjukan bahwa berlian itu begitu bernilai. Cara menunjukannya bukan dengan cara melempar berlian tersebut tapi harus jelaskan dengan sebaik-baiknya.


Slim : Bener nih kamu tidak marah dikatakan agama penyembah patung, agama kuno , dls ?
Sindu : Untuk melatih emosi kita memang perlu latihan. Diawal saat dialog lintas agama di media social, saya bagaikan pesilat pemula. Dimana memandang mata saja kita sudah ingin berantem menunjukan kemampuan. Tapi seorang pelatih senior dan berpengalaman tidak akan terpancing dengan ajakan bertarung oleh lawan yang tidak sepadan. Semakin sering dan semakin sering maka semakin lembutlah kita dalam menjawab semua itu.
Slim : apakah perlu aksi bela agama seperti demo-demo gitu ?
Sindu : Kitab suci merupakan karya sastra-sasatra kuno yang disusun oleh orang-orang suci dijamannya melalui wahyu Tuhan. Jadi itu merupakan pengetahuan sehingga kalau pengetahuan tersebut dilecehkan, lawanlah dengan pengetahuan juga. Kitab Suci dalam Hindu silahkan dibedah, dikritik dan dipelajari seluas-luasnya. Dijamin tidak akan ada yang dibakar hidup-hidup. Tidak pula ada yang dirajam atau dicambuk karena mengkritik isi dari kitab Weda. Pengetahuan dibela dengan kecerdasan kawan.

Slim : Sekali lagi aku bertanya , bener nih gak marah agamamu dihina ?
Sindu : Kalau dipikir-pikir. Entah berapa banyak sudah umat yang menghina agama kami. Mulai dari dikatakan penyembah patung, penyembah hantu, agama boros, agama bumi, agama gak jelas, calon penghuni neraka, penyembah pohon, dls. Sebenarnya kami sudah terbiasa mendengar itu. Biasanya orang-orang yang berbicara seperti itu tidak berpengetahuan luas dan cendrung fanatic sempit. Jadi untuk apa menanggapi hal itu yang akhirnya hanya menghabiskan energy kita saja ? Kenapa kita tidak focus untuk menambah wawasan agama yang kita yakini ? Mari kita mengasah berlian yang kita miliki agar tambah mengkilat dan memukau. Tapi untuk mengasah berlian agar mengkilat, dibutuhkan sedikit gesekan-gesekan rapi dan teratur oleh sang pemilik. Dialog-dialog dan pertanyaan dari umat lain adalah cambuk agar kita lebih cepat untuk belajar. Tapi jangan sampai salah menggesek yang bisa membuat berlian itu menjadi hancur. Intinya latihan dengan tenang, kalau sudah menjurus ke emosi, tinggalkan. Ingat, kalau kita sampai marah, berarti kita sedang melempar berlian yang kita miliki.
Slim : Apakah dengan agamamu dihina oleh orang lain bisa menjadikan agamamu tak bernilai ?
Sindu : berlian akan tetap berlian semasih pemiliknya memanggap itu sangat bernilai. Lain halnya sang pemilik sdh menganggap itu tidak bernilai. Karena kurangnya pengetahuan tentang berlian yang dimiliki orang bisa saja melepasnya dan memilih batu akik. Orang yang memahami nilai agung dalam agamanya tidak akan bisa di bayar dengan uang berapapun untuk pindah keyakinan. Jadi agama kita terhina hanya bisa disebabkan oleh penganutnya saja. Jika agamamu dihina dan kamu kesurupan, itu tidak ubahnya kamu sedang mengiakan kalau berlian sejajar dengan batu akik. Karena kebencian dibalas dengan kebencian sama dengan kehancuran.

Slim : kalau memang agamamu bagus kenapa sedikit penganutnya ?
Sindu : Sedikit dan banyak bukan sebuah ukuran kawan. Lalu kenapa berlian lebih sedikit ketimbang batu krikil atau koral ? Semakin sedikit dan indah tentu lebih baik daripada banyak tapi kurang bernilai. Untuk penganut agama Hindu kalau ingin agamanya bernilai tentu umatnya akan berusaha untuk berbuat atau berkarma baik. Tidak mudah terpancing dan emosi menunjukan semakin dewasa umat tersebut dalam beragama. Akan percuma bela agama dan promosi bilang agama bagus kalau kelakuan amburadul. Lebih baik tidak promosi agama tetapi tunjukan dengan sikap dan prilaku yang baik.
Slim : kalau seandainya pura dirusak, patung-patung yang dianggap suci dirusak, apa tindakan umatmu ? sering terjadi di wilayah transmigrasi orang-orang Hindu.
Sindu : Tentu kami akan mengadu kepada pemerintah. Karena dalam agama kami, pemerintah adalah salah satu Guru yang wajib untuk dihormati. 
Ibaratnya kami melaporkan ada murid lain yang nakal. Jika pemerintah tegas, maka tak akan ada yang berani menghina keyakinan orang lain. Kalaupun tidak ditanggapi sebagai minoritas di Nusantara ini, kami akan menguatkan pura dan symbol-simbol dalam diri masing-masing. Karena sujatinya hanya pura dalam diri yang tak akan bisa dihancurkan oleh kekuatan apapun. Untuk menguatkan pura dalam diri hanya dengan satu cara, yaitu pengetahuan.
Slim : apakah tidak ada dalam ajaranmu membela Ida Sang Hyang Widhi atau istilahnya membela jalan Tuhan ?
Sindu : Jika kita yakin Tuhan Maha Kuasa. Artinya beliau berkuasa atas apapun dan segalanya. Kita hanya bagaikan debu di bumi ini dan hanya berumur sekejap. Jadi konsep membela Tuhan adalah hal yang lucu bagi kami. Jika Tuhan menguasai segalanya berarti Tuhan menguasai baik dan buruk juga seluruh mahluk hidupanya.

Slim : Yang aku tangkap dari pembicaraan ini seolah-olah kamu hanya diam saja menghadapi pelecehan keyakinanmu.
Sindu : Diam atau pembiaran bukanlah Dharma. Dewa Wisnu berkali-kali turun ke dunia ini sebagai awatara yang tak lain bertujuan menyelmatkan dharma dari adharma. Pelecehan symbol kita lawan dengan penjelasan dan dialog dengan baik bukan dengan jalan-jalan kekerasan. Karena ajaran Hindu adalah Santhi atau damai.
Slim : oke dah Bro Sindu,,,,untung aku gak ikut demo.

Demikianlah percakapan tersebut dicopas dimana dikatakan bahwa :
Agama yang mengajarkan kedamaian dan sudah menunjukan bukti kedamaian akan menjadi primadona ditahun-tahun mendatang.
***