Dewa Wisnu

Dewa; Bathara Wisnu; "Sang Hyang Narayana" (Aksara Suci "A"; Pranawa Omkara "Ung"; Narayana;"Wisnu Purana") adalah manifestasi Hyang Widhi dalam prabawanya sebagai dewa pemelihara dalam hal sthiti, memelihara (Tri Kona) yang dalam teks sastra kuno disebutkan :
  • Dalam Widhi Tatwa, "Wisnu rupa siran pangraksa jagat", untuk menegakan dharma kebenaran.
  • Dalam Agni Purana disebutkan bahwa Beliau memiliki 10 perwujudan untuk menyelamatkan dunia ini yaitu dalam perwujudan sebagai Awatara.

Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam ini dipuja di Pura Puseh sebagai salah satu Kahyangan Tiga yang ada di setiap desa adat di seluruh Bali sebagaimana disebutkan dalam Tri Murti yang saktinya adalah Dewi Sri.

Dalam sumber kutipan Dewata Nawa Sanga, atribut Dewa Wisnu disebutkan :
Arah : Utara/Uttara
Pura : Batur
Senjata : Cakra; Sangkakala
PancaWara : Wage
SaptaWara : Soma
Sakti : Dewi Sri
Wahana : Garuda
Fungsi : Pemelihara (sthiti)
Warna : Hitam

Dan di sanggah kemulan sebagai tempat suci pekarangan rumah disebutkan pada rong tiga ruang sebelah kiri sebagai Linggih Dewa Wisnu.

Dewa Wisnu dalam kisah dan mitologi disebutkan,
  • Dalam mitologi Pemutaran Gunung Mandara Giri, suatu ketika Dewa Wisnu sedang mengubah diri menjadi seekor babi hutan serta menggali tanah mencari pangkal lingga milik Dewa Siwa hingga ke dasar bumi. Ketika sedang menggali dasar bumi tersebut, babi hutan jelmaan Wisnu tersebut bertemu dengan Dewi Pertiwi yang cantik. Perjumpaan dewi bumi dan dewa hujan yang sedang berwujud babi hutan ini berlanjut sebagai kisah percintaan yang melahirkan seorang putera yang bernama Bhoma sebagai spirit penjaga kesakralan padmasana.
  • Dewa Wisnu juga pernah berwujud menjadi awatara yang memusnahkan Hiranyakasipu Raja Asura Raksasa yang mengaku dirinya sebagai Tuhan.
  • Dalam Kisah Watugunung, Dewa Wisnu disebut Sang Hyang Narayana yang berwujud Badawang sebagai kurma awatara yang bersenjatakan cakra dalam menegakan dharma kebenaran.

***