Yasa

Yasa adalah kontek kewajiban masing-masing individu sesuai dengan tanggung jawab dan bidang masing- masing. 

Dalam Karma Kanda disebutkan :
Siddhaning yasa wirya, sukaning rat kininkin nira’);

Orang yang selalu berbuat baik (’sang akarya hayu’) dengan berpegang teguh (‘ulah apagêh’) pada rasa, àgama, dan buddhi secara tepat (têpêt) mereka akan selalu menemukan kebahagiaan lahir dan bathin (sukhàbhyudaya niskala yan katêmu).

Sehingga dalam mengemban tanggung jawab dan kewajiban dengan penuh keikhlasan itulah disebutkan diperlukan kecerdasan, disiplin, sabar, tekun dan kejujuran. 
Karena “Orang pintar belum tentu cerdas” , demikian tokoh Tualen menyebutnya pada salah satu lakon cenk blonk “Tebu Sala”.
  • Kalau pintar / dueg karena menggunakan otak saja; 
  • Sedangkan cerdas menggunakan kombinasi otak dan hati akan memunculkan kemampuan wiweka, yang mampu memilah dan memilih yang benar dan salah (subha & asubha karma)
Lalu bagaimana membentuk manusia cerdas itu ????
Untuk membentuk manusia cerdas disebutkan diperlukan latihan - latihan seperti :
    • Olah otak
    • Olah hati/rasa
    • Olah batin;
    • Dan olah raga.
Dalam sebuah renungan Rwa Bhineda dalam Hindu Dharma disebutkan;
Sesuatu yang baik, belum tentu benar.
Sesuatu yang benar, belum tentu baik.
Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga.
Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.

Pikiran dan mulut merupakan suatu kombinasi.
Jika tidak bisa menjadi orang pandai, jadilah orang yang baik .
Dan lidah kita yang menentukan siapa kita.

Jika kejahatan di balas kejahatan, maka itu adalah dendam.
Jika kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa.
Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah kekejaman.
Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah mulia dan terpuji.

Sesungguhnya sebagian perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum,
lebih pahit daripada jadam dan lebih panas daripada bara.
Iri hati yang ditunjukan kepada seseorang akan melukai diri sendiri.

Kita cuma bisa hidup sekali saja didunia ini,tetapi ...
Tetapi jika kita hidup dengan benar, sekali saja sudah cukup .

Persahabatan sejati layaknya kesehatan,
nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya.

Bertemanlah dengan orang yang suka akan kebenaran bukan kesenangan.
Dialah hiasan dikala kita senang dan perisai diwaktu kita susah.

Pada dasarnya semua manusia itu baik, kalau kita bisa melihat kebaikannya, 
dan menyenangkan kalau kita bisa melihat keunikannya,
tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kita tidak bisa melihat keduanya.

Orang bijaksana selalu melengkapi kehidupannya dengan banyak persahabatan.
Pikiran yang besar membicarakan ide-ide;
Pikiran yang rata-rata membicarakan kejadian-kejadian;
Dan pikiran yang kerdil membicarakan orang-orang.

Dan tak seorang pun sempurna.
Namun ketika mereka mau belajar dari kesalahan adalah bijak.

Demikian ditambahkan sebagai renungan dalam dalam menjalankan kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab dalam menjaga sebuah komitmen.

***