Semar

Semar (Tualen) adalah sosok panutan dari salah satu tokoh itihasa sebagai abdi kebenaran dalam mengemban dharma kewajibannya yang disebutkan dalam kelahiran seseorang pada hari / dina Wrhaspati dengan urip-nya 8 dan wayangnya semar ini yang menyebabkan dia tabah dalam menghadapi masalah.
Dimana oleh para penghayat wayah kaki seringkali menyebut Semar sebagai Pepunden atau Kaki. 
Sedangkan para penghayatnya menyebut diri mereka sebagai wayah atau cucu dari Semar.
Semar di Bali dikenal bernama Tualen sebagaimana disebutkan dalam kutipan artikel asosiasi tradisi lisan, Tualen (Hyang Semar/Semar versi Bali) merupakan panutan untuk sosok yang rajin dalam bekerja. 

Semar mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Hyang Widhi demi kesejahteraan umat manusia di jagat raya ini dan menjadi seorang punakawan kerajaan yang disegani dan disenangi oleh banyak raja dan para Dewata.
Semar yang biasa disebut Tualen (atau "Rsi Wisrawa" dalam Epos Ramayana) ini yang biasanya berpenampilan sederhana sebagaimana rakyat biasa, walau sebagai abdi raja karena Beliau adalah pelayan umat manusia untuk mencapai keadilan dan kebenaran di muka bumi.
Jadi singkat cerita tentang Tualen/Hyang Semar ini sebagai Dhang Hyang-nya Nusantara merupakan sosok panutan dalam mengemban tugas untuk mempersatukan umat dari masalah-masalah kerohanian.
Sehingga tokoh Semar / Tualen yang berpasangan dengan Merdah (punakawan Tualen Merdah) sebagai tokoh - tokoh ithiasa di Bali biasanya dihiasi dengan saput poleng sebagai simbol penjagaan atas keseimbangan dan keharmonisan.
Upacara Hari Wetonan Sang Hyang Semar (Sang Hyang Ismaya) sebagaimana disebutkan dalam kutipan artikel acara agama III | Pasraman's Blog yaitu : acara agama dilakukan sebagai berikut :
  • Waktu pelaksanaan : Kamis sore (Malem Jum’at Legi ),  Jam 16.00,  tiap 35 hari sekali.
  • Upakara/sesaji : Seperti Sesaji Budha Pon (Ingkungnya hanya satu saja), Pisang Ayu Suruh Ayu  Bunga, Jajan Pasar , Nasi Kuning dengan rangkaian lauknya.
  • Pelaksanaan : Upacara seperti Upacara Malem Rabu Pon, dengan fokus Sang hyang Semar.  Setelah upacara,  makan surudan sanganan bersama.
Dan selain itu, Semar dalam filosofi kaligrafinnya dalam Jawa Kuno disebutkan bermakna kerukunan.
***