Sanganan yang dimaksudkan adalah kue (jajan; jaja; jaje) untuk persembahan dalam upacara yadnya (banten), piodalan, persembahyangan dll sebagaimana yang disebutkan dengan persembahan gebogan sebagai sarana dan niat suci yang bertujuan untuk mengucapkan rasa bhakti dan syukur kehadapan Hyang Widhi sehingga disajikan sedemikian rupa dalam berbagai bentuk, seni dan makna.
Jaja dalam simbol dan istilahnya dalam sumber kutipan lontar tegesing sarwa banten sebagaimana disebutkan,
- Jaja Gina sebagai lambang mengetahui,
- Uli merah dan Uli putih,
- lambang kegembiraan yang terang,
- bhakti terhadap guru rupaka/ ayah-ibu,
- Dodol, lambang pikiran menjadi setia,
- Wajik, lambang kesenangan mempelajari sastra,
- Bantal, lambang dari hasil yang sungguh-sungguh,
- Satuh sebagai lambang kebenaran yang patut ditirukan.
- Jaje sirat, berbentuk bundar dan pipih seperti jalinan benang-benang yang kusut. Warna yang sangat bervariasi seperti jajan sirat berwarna putih, merah, merah muda, coklat, kuning dan lain sebagainya. Jajan ini memang secara khusus dibuat untuk keperluan upacara keagamaan ataupun upacara adat di daerah Bali.
- Jaje Sengait atau cakar ayam, berbentuk lempengan bundar (berdiameter 5 cm) terdiri dari irisan-irisan kecil memanjang ubi jalar dengan panjang 1-2cm, lebar 1mm dan tebal 1mm. Jajan ini terasa sangat manis karena campurannya hanya gula merah.
- Jaje Reta, berbagai bentuk atau model dan berbagai ukuran seperti: angka delapan, gelang, bunga dan sebagainya, serta diberikan warna yang beragam antara lain merah, putih, kuning ataupun kombinasi dari berbagai warna. Jajan reta ini dibuat untuk keperluan hari raya, upacara adat dan upacara agama.
- Jaje Iwel, bentuknya sangat beraneka ragam, ada yang berbentuk bulat panjang, ada yang persegi empat panjang, ada yang dicetak dengan cetakan khusus dan ada pula yang dibungkus dengan daun.
- Jaje Bendu, merupakan jenis jajan yang biasa digunakan untuk upacara perkawinan atau pawiwahan.
- dll
Berbagai bentuk dan warna warni sanganan digunakan dalam tetandingan banten seperti ajuman, canang merake, susunin jaja cacalan sekadi jaja cacalan pregembal pada tetandingan banten jejanganan, atau diletakkan di atas penjor dll sebagaimana disebutkan dibuat sesuai dengan makna dan simbol sebagai sarana yadnya.
- Jajan Saraswati yang berisi simbol gambar cecak yang digunakan saat Hari Raya Saraswati menurut para ahli Antropologi, bangsa-bangsa Austronesia memiliki kepercayaan bahwa binatang melata seperti cecak diyakini memiliki kekuatan dan kepekaan pada getaran-getaran spiritual.
- memberi pelajaran bahwa ilmu pengetahuan itu jangan hanya berfungsi mengembangkan kekuatan ratio atau pikiran saja,
- tetapi harus mampu mendorong manusia untuk memiliki kepekaan intuisi sehingga dapat menangkap getaran-getaran rohani.
maka para umat biasanya duduk-duduk di taman sekitar halaman pura sambil menikmati lungsuran (banten yang sudah dihaturkan) baik berupa buah ataupun jajan / sanganan haturan tersebut sambil menikmati keindahan alam sekitar pura.
***