Sesaji

Sesaji adalah kearifan leluhur nusantara yang selalu mengunakan bahasa simbol dalam setiap acara, sebagai salah satu wujud konkrit rasa berbakti sebagai persembahan atas segala rasa hormat, itu merupakan manifestasi dari budi pekerti yang sungguh adiluhung (Sesaji).
Misalnya, upacara hajat mantu, mendirikan rumah, memanen padi, bedah bumi, membuat sumur, ngruak karang/nduduk pondasi, dll.

Demikian filosofi sesaji sebagaimana disebutkan Kandjeng Pangeran Karyonagoro sebagai “miniaturnya” alam semesta, yang dipersembahkan kepada Sang Penguasa Alam, yang disebut Purwaning Jagad, cikal bakaling ana, Sangkan Paraning Dumadi.

ARTI & MAKSUD SESAJI
 
Dalam salah satu artikel info canggu unlimited disebutkan bahwa sajian yang di haturkan pada Sang Maha Pencipta sebagai SIMBOL rasa syukur kita kepada Sang Sumber Hidup atas limpahan rejeki yang telah kita dapatkan diantaranya disebutkan :
  • Kembang sebagai simbol ungkapan rasa cinta kita kepada Tuhan yang Maha pengasih & Maha penyayang.
  • Dupa sebagai komunikasi kita pada Tuhan lebih khusuk/ konsentrasi dan ber-Rasa, fokus dan juga sebagai SIMBOL pengantar doa melalui asap yang membumbung ke atas dan hilang.
Artinya : agar doa kita segera menyatu dengan konstelasi semesta.

Sejatinya sesaji bukan di makan oleh Tuhan,bukan di makan oleh setan,bukan di makan oleh leluhur, karena mereka tidak butuh makanan.
Tetapi sesaji itu untuk dirimu sendiri agar menjadi manusia yang bisa berhubungan baik.
Baik terhadap siapapun,baik pada apapun,baik di manapun sebagai makhluk sesama ciptaan tuhan yang tampak ataupun tidak.

Berhubungan baik dengan semua orang tanpa kecuali melalui makanan/minuman, berhubungan baik dengan makhluk di di mensi lain melalui aroma sesaji, berhubungan baik dengan Tuhan melalui hubungan baik dengan semua ciptaanNYA agar kita mendapatkan kasih sayang dan cinta melalui semua ciptaanNYA.

Seperti halnya pada zaman dahulu dalam Nagarakretagama 66.2:51 diceritakan ; 
"....... Sang Mahapatih Gajah Mada pada hari itu menghadap dan menghaturkan yadnya sesaji,
      • Para wanita jelita di bayangan pohon nagasari dan rajasa yang berbelit,
      • Para menteri dan pangeran yang bertanggungjawab pada daerah ikut serta, juga
      • Para warga desa ikut menghaturkan sesaji dengan bermacam bentuk dan tak putus-putusnya."
***