Peradaban Nusantara

Nusantara berarti keindahan diantara hamparan pulau-pulau yang memiliki beragam kisah menarik.
Dimana disebutkan pada zaman dahulu Agama Budi membentuk manusia nusantara yang berbudi, berkepribadian dan memiliki jati diri.

Seperti halnya di Bali dikisahkan pada zaman dahulu :
  • Nusa Penida penguasanya bernama Dukuh Jumpungan yang memiliki kedigjayaan maha siddhi, maha sakti dan maha perkasa.
  • Dalam sebuah legenda asal mula Pulau Lembongan & Ceningan dikisahkan Bhatara Toh Langkir membuat gelombang yang besar dengan kutu-kutu yang menyebabkan pandangan I Renggan salah saorang cucu Ki Dukuh Jumpungan dan pasukannya terhalangi.
    • Perahunya membatu menjadi Pulau Ceningan.
    • Sementara layar perahu (bidak) perahu I Renggan membatu menjadi pulau Lembongan dan Jungut Batu.

  • Pada zaman peralihan (abad ke-16), 
    • Disebut-sebut seorang pujangga keraton Majapahit yang gemar mengembara di pesisir pantai dan di gunung-gunung (nyagara -giri). Beliau adalah Dang Hyang Nirartha
    • Pada tahun 1489 Masehi beliau pindah ke Bali. Bekas-bekas pesanggrahan beliau kini menjadi tempat suci (pura) di Bali yaitu : Pura Purancak, Rambut Siwi, Tanah Lot, Peti Tenget, Uluwatu, Nusa Dua, Sakenan, Masceti, Air Jeruk, Batu Klotok.
Demikianlah disebutkan beragam kisahnya yang dalam pelestarian peradabannya sampai saat ini disebutkan diantaranya yaitu :
  • Bahasa Kawi adalah rumpun bahasa-bahasa Nusantara.
  • Dalam praktek keagamaan disebutkan bahwa :
  • Asta Brata merupakan 8 (delapan) ajaran, filsafat atau ilmu kepemimpinan yang mulia dari warisan tanah Nusantara yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas sebagai seorang pemimpin.
  • Ngelakoni ritual sedekah sebagai pernyataan hormat kepada alam dan Hyang Maha Kuasa.
Diceritakan pada zaman dahulu, penghuni nusantara adalah penganut keyakinan bumi dan langit.
Kekuatan Ibu Pertiwi dan Bapa Akasa dipertemukan, memancarkan kesadaran hakiki semesta alam. 

Dengan sedekah laut, bumi, gunung dan langit dalam group Hindu di fb disebutkan merupakan bentuk 

  • Kesadaran menghargai alam, 
  • Menghormati sesama, 
  • Dan sujud kepada Sang Pencipta alam itu sendiri, 

Dengan berpijak pada “satyam siwam sundaram” kebenaran, kesucian, dan keindahan. 

Dalam kerendahan hati manusia nusantara sadar betul makna “penciptaan”. Dalam kearifan mereka paham betul arti “kehidupan”. 

Dalam kebijaksanaan mereka mengerti betul pentingnya “harmonisasi”. Dalam kesadaran ini mereka tak pernah riuh apalagi angkuh, senyap dalam kata, diam dalam tapa, dan dingin dalam laku. “Rame ing gawe sepi ing pamrih”. Larut dalam laku spiritual yang membumi.

Budi pekerti nusantara mengatakan bahwa manusia dibekali naluri, memiliki nurani, diberi daya mengolah rasa, mampu berpikir dengan budi, serta ngelakoni dengan pekerti. 
  • Mereka senantiasa menyelaraskan semua hal itu dengan alam, kepada sesama, dan kepada penguasa kehidupan. 
  • Manusia nusantara sejati memiliki prakarsa berterimakasih, punya naluri berbagi, punya nurani memuliakan semesta, serta punya intuisi berserah diri dalam ketulusan.
Atas dasar olah rasa dan kecerdasan budi, manusia nusantara ngelakoni ritual sedekah sebagai pernyataan hormat kepada alam dan Hyang Maha Kuasa. Sebagai ungkapan rasa, karsa, nurani, naluri, budi dan pekerti kepada Sang Hyang Sangkan Paran
Apa yang diterima dari alam, sebagian disedekahkan kembali sebagai simbol penyerahan diri secara total kehadapan Hyang Maha Suci. 
Karena semua berasal dan akan kembali kepada-Nya.

***