Sang Hyang Tohlangkir

Sang Hyang Tohlangkir adalah perwujudan Dewa Wisnu sebagai penguasa Gunung Agung yang banyak ditumbuhi oleh bunga kasna.
Pada zaman dahulu, dengan kekuatan adnyana dan japa mantra yang diucapkan Beliau maka berubahlah padang kasna tersebut menjadi seorang anak laki-laki yang sangat tampan dan bersifat ksatria kemudian diberi nama Dalem Dukut.
Di ceritakan di bumi nusa Raja Dalem Sawang selalu minta Upeti berupa Manusia.
Dengan adanya persembahan setiap hari maka Dalem Sawang beserta bala samarnya selalu berpesta pora siang malam menyantap hidangan berupa daging manusia mentah, sehingga rakyat Nusa menjadi ketakutan melihat kejadian yang mengerikan itu karena bala samar Dalem Sawang selalu meminta korban.
Mendengar kejadian seperti itu maka Hyang Toh Langkir yang berstana di Gunung Agung sebagai raja di Bali menjadi prihatin terhadap rakyat Nusa yang selalu mengalami ketakutan dan menjadi korban dari kebiadaban Dalem Sawang beserta anak buahnya.
Kemudian Hyang Toh Langkir mengambil padang kasna (rumput) yang tumbuh di Gunung Agung dan Hyang Toh Langkir mulai menyiapkan pemujaan dengan upacara Homa Yadnya. 
Pada saat yang tepat mulailah Hyang Toh Langkir menggelar upacara tersebut. 
Dengan mantra-mantra sidhi padang kasna itu dimantrai, 
Sehingga dari kekuatan adnyana dan japa mantra yang diucapkan maka berubahlah padang kasna tersebut menjadi seorang anak laki-laki yang sangat tampan dan bersifat ksatria kemudian diberi nama Dalem Dukut. 
Setelah dewasa Dalem Dukut diperintahkan ke Nusa oleh Hyang Toh Langkir untuk membebaskan rakyat Nusa dari kesengsaraan yang disebabkan oleh Dalem Sawang, ini berarti mengadu ksatria dengan Dalem Sawang yang berkuasa di Nusa.

Pada pagi yang cerah Dalem Dukut meninggalkan Gunung Agung pergi menuju ke Nusa dengan berbekal senjata Keris Ratna Kencana yang diberikan oleh Hyang Toh Langkir. 
Setiba di pantai Dalem Dukut memetik selembar daun tehep lalu dimantrai, setelah itu daun tehep itu digunakan sebagai alat untuk menyebrang ke Nusa. Dengan menaiki daun tehep Dalem Dukut melintasi lautan dan tiba di bumi nusa. 
Kemudian Dalem Dukut melanjutkan perjalanan dengan berbekal senjata Keris Ratna Kencana menuju kerajaan Dalem Sawang di Sukun. Setiba di kerajaan Dalem Dukut langsung menghadap Dalem Sawang, dengan penuh kesopanan Dalem Dukut menyampaikan pesan Hyang Toh Langkir kepada Dalem Sawang bahwa dirinya diutus untuk melakukan perang tanding satu lawan satu dengan Dalem Sawang. 

Dari perbincangan tersebut ada beberapa kesepakatan antara lain :
  1. Perang tanding satu lawan satu
  2. Perang tanding dilakukan hanya pada siang hari saja
  3. Perang tanding disaksikan oleh rakyat Nusa
  4. Tanda mulai dan selesai ditandai dengan suara gong.
Dan perang tanding di mulai pada sebuah dataran yang luas dan di saksikan oleh rakyat Bumi nusa, perang tanding berlangsung beberapa hari dan dalem dukut tidak bisa mengalahkan Raja Dalem Sawang bahkan beberapa kali dalem dukut hampir mengalami kekalahan, senjata keris ratna kencana tidak mempan terhadap Dalem sawang dan berita peperangan ini di dengar oleh Hyang toh langkir yang merupakan perwujudan dari Dewa Wisnu yang turun ke bumi .
Maka dengan segera Hyang Toh Langkir pergi ke Bumi nusa membawa senjata keris Pencok sahang untuk di berikan kepada Dalem Dukut. 
Detelah Dalem dukut menggunakan senjata keris Pencok sahang maka Raja Bumi nusa dapat di tundukan.
Akan tetapi Raja Dalem sawang tunduk/kalah oleh tipu daya sehingga Raja Dalem Sawang menjadi Murkha. 

PASTU DALEM SAWANG
Setelah Dalem Sawang kalah akibat tipu daya dalem dukut maka seketika itu rakyat nusa menjadi bersedih melihat ràjanya kalah perang. Dan melihat rakyatnya menjadi sedih dalem sawang hatinya tersentuh dan muncul rasa amarah tidak terima atas kejadian tersebut akan tetàpi karna dalem sawang seorang ksatria maka dia tetap menepati janji berupa kesepakatan perang tanding kemudian Dalem Sawang menuju Puncak Mundhi yaitu salah satu tempat suci yang ada di Nusa Penida saat ini;
Dan setibanya di sana Dalem Sawang bersemadi dan mastu semua rakyatnya dari wong nyata menjadi wong samar dan sambil menghentakkan kakinya tiga kali. 
Dia mengutuk (memastu) sumber air yang ada di Puncak Mundhi agar semua mengalir dan jatuh ke laut. Tidak hanya itu saja, dia juga mengutuk antara lain:
  1. Jineng menjadi Batu Jineng berada di barat laut Pulau Nusa Penida.
  2. Lumbung menjadi Batu Lumbung berada di barat daya Pulau Nusa Penida.
  3. Kasidhian/kemandian menjadi Batu Kita berada di selatan Pulau Nusa Penida.
  4. Tempat air (gentong) menjadi Batu Atuh berada di timur Pulau Nusa Penida.
Pada waktu Dalem Sawang mengutuk semua upon-upon gumi Nusa Penida, seketika itu langit menjadi mendung, petir kilat saling sambar, angin rebut serta bumi menjadi berguncang hingga retak,gempa dahsyat terjadi gunung meletus dan diikuti oleh air bah yang menyapu Bumi Nusa pada zaman itu.
Setelah Dalem sawang mastu sebagai ksatria,maka mulai saat itu Dalem Sawang beserta keluarganya meninggalkan Bumi nusa menuju Pulau Bali.
Demikianlah kisahnya Sang Hyang Tohlangkir pada zaman dahulu menyelamatkan pulau Bali ini sebagaimana diceritakan dalam perang antara Dalm Sawang & Dalem Dukut oleh Tunas Jaya Amertha.
***