Ksatria

Ksatria adalah mereka yang berjiwa besar dan penuh pengabdian dalam bidang sosial kemasyarakatan.

Dalam nilai-nilai luhur Yajur Weda 5.4 & 5.5 dikatakan :
Sang Jiwa Agung bersemayam dalam diri setiap insan. dan yakinlah, bahwa engkau tak tertaklukan dan memiliki kekuatan seorang kesatria yang tak terkalahkan. 
Seperti ibaratnya golongan yang bertugas di bidang pertahanan dan keamanan/pemerintahan yang berfungsi untuk dapat mengatur negara dan pemerintahan serta rakyatnya agar tercapainya cita-cita yang diharapkan.

Setiap orang yang hidup di bumi ini pada dasarnya pasti mengharapkan hidup aman damai dan sejahtera. Lebih-lebih dalam Manawa Dharmasastra I.89 menyatakan: Pajanam raksanam danam... 
Maksudnya, para ksatriya (pemerintah) agar senantiasa mengupayakan rasa aman dan damai (raksanam) serta hidup sejahtera (danam) bagi masyarakat (praja). 
Ini artinya para ksatriya yang duduk di pemerintahan agar menciptakan iklim sejuk kepada masyarakat untuk mendapatkan rasa aman, damai, dan sejahtera. Untuk mendapatkan rasa aman, damai, dan sejahtra sebagai umat selalu menjalankan ajaran agama yang dianut dilaksanakan dengan baik, benar, dan penuh keyakinan. 
Dengan ajaran dharma prilaku untuk menguatkan kepercayaan atau sraddha dan bhakti kita kepada Tuhan lebih mantap. Gunakanlah kepercayaan dan bhakti kita pada Tuhan untuk menguatkan daya spiritual untuk meningkatkan kwalitas moral dan daya tahan mental dalam menghadapi berbagai dinamika dan hiruk pikuknya kehidupan.
Kehidupan modern semakin membutuhkan moral yang luhur dan daya tahan mental yang semakin kuat. Kualitas dan intensitas godaan hidup di zaman global ini semakin meningkat. Sehingga ajaran dharma harus dijadikan kekuatan untuk mengantisipasi godaan-godaan tersebut. 
Dengan demikian agama akan memberi kontribusi positif pada kehidupan individu dan kehidupan bersama di bumi ini. Kontribusi positif kehidupan yang dilandasi ajaran dharma dapat memberikan arah pada dinamika hidup ini kearah yang baik, benar, tepat dan produktif dalam artian menumbuhkan nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai material secara seimbang dan kontinyu.
Dalam Bhagawadgita II. 47 disebutkan :“Berbuatlah sesuai dengan kewajibanmu, Bukan hasil perbuatan itu yang engkau pikirkan, jangan sekali kali pahala menjadi motipmu dalam bekerja dan jangan pula berdiam diri tanpa bekerja”

Dari seloka tersebut bahwa bekerja merupakan akar dari segala aktifitas,orang hendaknya melakukan kerja yang telah menjadi kewajibannya dengan baik dan di dalam melaksanakan kerja seseorang tidak perlu terikat dengan hasilnya, sebab setiap perbuatan yang baik akan memperoleh hasil yang baik pula, sebaliknya setiap perbuatan yang buruk akan memperoleh hasil yang buruk pula,setimpal dengan perbuatan yang dilakukannya (Hukum Karma Phala),
Untuk itu janganlah malas dan berdiam diri tanpa bekerja,Tuhan tidak menyenangi orang orang yang tidak bekerja.
Bekerja dikatakan sebagai perihtah dari Tuhan/Ida Sanghyang Widhi Wasa memiliki makna bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan tingkatan paling sempurna diantara mahluk yang lain dengan tiga kemampuan yang dimilikinya yang disebut dengan Tri Pramana (Bayu,sabda dan idep).

Tuhan memberikan kemampuan lebih tersebut dengan tujuan agar manusia mampu berbuat /berkarya dari yang sederhana sampai pekerjaan yang sulit yang tentunya dilandasi dengan Dharma/kebenaran untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kepentingan dirinya sendiri maupun kepentingan orang lain serta untuk semua mahluk. 

Oleh karena dalam kitab Sarasamuscaya Sloka 31 juga disebutkan : 
“Pergunakanlah sebaik baiknya kemampuan anda selagi masih muda, hendaklah anda lekas-lekas melakukan pekerjaan yang berlandaskan Dharma"
***