Keris Bali

Biasanya keberadaan keris di Bali disebutkan bahwa mereka percaya bahwa keris adalah :
  • Simbol dari ketajaman pikiran yang biasanya disucikan kesakralannya pada saat tumpek landep setiap enam bulan sekali.
    • Dimana jumlah luk ganjil seperti jumlah tumpang atap meru yang berkembang menjadi : 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 (Meru Tumpang 11 Sebelas) dll.
    • Dianggap sakral yang banyak memiliki lekukan di sisi pinggirnya itu dipandang sebagai benda pusaka dan senjata pamungkas di wilayah peperangan. 
  • Keris sebagai manifestasi dari Tri Murti dan roh para leluhur yang berfungsi :
    • Untk perlawanan terhadap roh jahat melalui perlindungan dewa-dewa.
    • Dalam upacara keagamaan untuk melakukan upacara Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya), keris juga sebagai pelengkap tari-tarian.
    • Tradisi Ngurek dalam pertunjukan calonarang.
    • dll
  • Keris pusaka bertatahkan gambar seekor naga (Naga Pasa), dengan pesan bahwa keris ini dapat mempersatukan pikiran Raja Majapahit & Raja Bali.
Dalam sejarahnya seperti diceritakan oleh didikpurwanto.com, dahulu dari sekian banyak fungsi keris, 
Empu di Bali lebih mementingkan manfaat spiritual keris (kekuatan magis) dari pada karya seni (keindahannya).
Misalnya seperti bagian yang paling sulit dibuat seperti pamor. Bentuk pamor (hiasan pada batang keris) bahkan lebih menekankan pada kekuatan magis yang dimilikinya. 
Contohnya pamor blarak sineret yang berarti masyarakat harus mengikuti perintah pemimpin. “Ini membuktikan keris sebagai bukti prestisius dari sebuah karya seni seorang Pande atau Empu. Bukan senjata sembarangan,”
Tidak hanya memiliki kekuatan magis, balutan sarung yang menutup keris malah memberi kesan penampilan mewah. 
Penampilan luar seperti wadah (rangka), pelokan (pangkal wadah), hulu dan cincin ujung hulu justru dibuat dari emas, perak, gading, kayu langka yang dihiasi dengan ukiran dan batu permata hingga beberapa karat. 
Namun hanya keris untuk tokoh-tokoh masyarakat dan agama saja yang dibuat bagus. Baik sarung maupun bilahnya.
Makna keris di Bali juga disebutkan oleh PHDI dipengaruhi dari banyak faktor salah satunya adalah ukuran keris yang dapat memberikan akibat yang baik dan buruk bagi pemiliknya.

Berdasarkan salinan lontar Ukuran Keris, Ini ukuran keris, caranya :
  • Empat jari tangan anda (jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking), di tempelkan pada keris itu berulang-ulang mulai dari dasar keris sampai dengan ujung keris. 
  • Perhatikan kurang lebihnya. 
  • Adapun nama ukuran keris : Wisia, Mreta, Jana, Raksa.
Pada keris maknanya: pengiderider (Dewata Nawa Sanga) atau arah mata angin dan dewa-dewanya dalam agama Hindu di Bali. Misalnya:
  • Luk 3 maknanya/melambangkan mencipta Dewa Brahma arah selatan, memelihara Dewa Wisnu arah utara, praline atau pengembali ke asalnya Dewa Siwa di tengah. 
  • Luk pada keris biasanya berjumlah ganjil.
Pamor merupakan bagian keris yang sangat penting. Menurut kepercayaan masyarakat, pamor mempunyai daya magis yang sangat besar dan mempengaruhi kehidupan sang pemilik. Pengaruh tersebut tidak sama antara pamor satu dengan pamor yang lain. Contoh: Pamor Sangku Matangan bila guratan keris seperti bulan purnama.

Ganja dengan pamor, di kiri, kanan, dan dasarnya disebut ganja sekar nglela. Ganja dengan pamor didasarnya saja disebut ganja maskumambang. 
  • Ganja dengan hiasan tambahan dari emas, biasanya dengan motif hias tumbuh-tumbuhan atau binatang, kadang-kadang dengan mata intan disebut ganja tinatah. 
  • Ganja tanpa pamor, biasanya merupakan ganja baru (susulan) pengganti ganja asli yang hilang disebut ganja wulung. ukuran keris, harus diketahui baik buruknya, ukur dasar keris (ganja), kemudian terapkan ukuran itu sampai bagian tengah keris.
Semakin langkanya keris Bali yang mempunyai keunikan tersendiri, harus kita lestarikan keberadaanya dan meningkatkan kecintaan terharap benda budaya bangsa yang adi luhung, dan Penggunaan keris sebagai alat atau sarana tari-tarian sebaiknya dikembangkan demi mendukung pariwisata budaya di daerah Bali, serta Pemerintah Daerah diharapkan lebih meningkatkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keris di Bali.

Bentuk hulu & Waragka Keris Bali dalam keris pusaka Indonesia disebutkan : 
  • Bentuk Hulu : Dewa Ganesha
    • Hulu/danganan bentuk Dewa Ganesha tergolong jenis danganan yang paling populer di Bali dan termasuk jenis togogan ( bentuk figur manusia atau dewa-dewa). Hulu/danganan ini dibuat dari bahan kayu eben walad (Dios pyros Rumphii) yang berkualitas bagus. 
    • Seratnya yang padat serta warnanya yang hitam kelam tampak serasi dikombinasi dengan bahan emas, perak, dan batu mulia. Hulu/danganan dilengkapi dengan selut dan wewer dari bahan yang sama.
  • Bentuk Warangka : Batu Poh
    • Warangka dibuat dengan bentuk batu poh (seperti biji mangga/poh). Warangka ini merupakan warangka standar/umum yang banyak dijumpai di Bali. 
    • Seluruh bagian warangka di finising sunggingan (sangging) dengan cerita Kalarau dengan penekanan bentuk tokoh Kalarau dan Naga Situbondo serta kombinasi ornamentik swastika khas Bali.
Meskipun memiliki nama yang sama, keris Jawa dan keris Bali memiliki perbedaan. 
  • Bagi masyarakat Bali, keris memang dianggap sakral. Benda yang banyak memiliki lekukan di sisi pinggirnya itu dipandang sebagai benda pusaka dan senjata pamungkas di wilayah peperangan. 
  • Bahkan, keris melambangkan perlawanan terhadap roh jahat melalui perlindungan dewa-dewa.
Secara filosofis, keris Bali dipandang sebagai perlambang dari nilai ajaran kehidupan agama Hindu. 
Bahkan, mereka memiliki hari tertentu untuk bersembahyang saat akan merawat kesucian dari keris pusaka miliknya. (seperti pada tumpek landep).
Keris juga dipandang sebagai benda yang memiliki estetika di dalam kehidupan masyarakat di sana. Hingga kini keris malah masih dipandang sebagai perlambang kekuatan dan simbol kekuasaan.
Biasanya, penganut Hindu yang menyimpan keris pusaka Bali menentukan pembersihan berdasarkan perputaran bulan terhadap bumi. Sedangkan penentuan hari ritual pencucian disesuaikan dengan penanggalan kuno Hindu Bali. 
  • Perlakuan terhadap keris pun bersifat sakral. Maklum, keris dianggap memiliki kekuatan magis. 
  • Mereka percaya keris adalah manifestasi dari roh para leluhur. Biasanya, keris seperti itu disebut Keris Tayuhan, yang pembuatannya mementingkan tuah ketimbang keindahannya, pemilihan bahan besi, dan pembuatan pamornya. 
  • Keris semacam itu biasanya wingit, angker, memancarkan perbawa dan kadang menakutkan. 
  • Karena itu, sebagian masyarakat Bali rela bersusah payah untuk sekadar memperoleh keris yang bertuah. Seperti halnya :
    • Senjata keris Pencok Sahang yang pada zaman dahulu dimiliki oleh Sang Hyang Tohlangkir diberikan kepada Dalem Dukut untuk menyelamatkan daerah Nusa.
***