Akasa (sunya) sesungguhnya merupakan unsur dasar dari energi alam semesta.
Bahkan sampai tingkat mikroskopis pun, akasa merupakan komponen terbesar penyusun materi.Dalam tingkat atom, partikel-partikel sublementer (proton, elektron dan netron) yang menyusun atom dipisahkan oleh jarak sangat besar dibandingkan ukuran-ukuran partikel subelementer tersebut.
Dengan demikian, 99,999 % bagian atom adalah ruang kosong.Dan sebuah kondisi an-aerob ( atau kondisi hampa udara ) dalam makna pencerahan spiritual dalam diri manusia seperti halnya dalam melaksanakan yoga, meditasi dan lainnya dikatakan bahwa :
Ketika dalam kondisi tanpa udara inilah kelenjar pineal aktif, letak kelenjar pineal ini dibelakang daerah kening, kelenjar pineal adalah salah satu bagian yang menghubungkan bagian etherik ( referensi artikel : chakra ajna ) dan bagian fisik ( bagian tubuh manusia, bagian kepala tepatnya ).Nah jika ini terjadi, kita akan dapat melihat cahaya yang terang tapi tidak menyilaukan, inilah salah satu tanda bahwa kita sudah memulai perjalanan spiritual energi kita.
Itulah jalur energi yang menghubungkan setiap bagian etherik ( pikiran – jiwa – ruhani ).
Cahaya terang ini kadang kadang bisa kita dapati ketika kita sedang menyelam, ketika oksigen tidak bisa lagi masuk ke dalam diri kita melalui lubang di dalam diri ( telinga, mata, hidung, mulut, anus ).
Jika saat itu kita beruntung maka kita melihat cahaya, kita tidak menyadari, bahwa cahaya itulah yang kita tuju. Perjalanan cahaya masuk ke dalam diri ini begitu panjang, dan tidak bisa dilalui sendiri.
Akan membutuhkan waktu yang begitu panjang dan sangat lama, jika kita hanya meraba raba dan mencoba coba sendiri.Di Bali, dalam kekuatan bhuta dewa disebutkan bahwa akasa juga bermanifestasi sebagai :
- Ratu Anglurah Ketut Petung yang menjadi salah satu pelinggih pelindung di Pura Desa yang berfungsi untuk pemujaan kepada Dewa Brahma dalam prabawaNya sebagai pencipta (Utpati)
- Menjadi kekuatan taksu segala profesi,
- Menjadi Dewanya bayi, serta menjadi kekuatan Purusa dan Predana.
- Beliau menjadi pepatih dan beristana di bangunan Taksu di Merajan dan menjadi kekuatan profesi tukang perempuan dan laki-laki.
Dan pada saat diselenggarakannya Tawur Kesanga memuja untuk memohon kepada Tuhan agar seluruh umat manusia dituntun untuk tidak berbuat sesuatu yang dapat mengotori akasa dan selalu menjaga kebersihan lapisan atmosfir dan kesejahteraan sarwaprani sehingga tercapainya keseimbangan dan alam ini menjadi semakin stabil serta suci nirmala.
Diceritakan pada zaman dahulu, ketika Rsi Markandeya bertapa dan membangun pesraman, dan pada suatu hari Belau mendengar Sabda Dari Akasa dan melihat sinar menjulang ke Akasa, Sabda didengar dari leluhur;
Diceritakan pada zaman dahulu, ketika Rsi Markandeya bertapa dan membangun pesraman, dan pada suatu hari Belau mendengar Sabda Dari Akasa dan melihat sinar menjulang ke Akasa, Sabda didengar dari leluhur;
Beliau Hyang Jagatnatha, dan Sabda itu memerintahkan Mahayogi Markandeya pergi ke arah timur yaitu Bali pulina. Sebelah timur Tanah jawa, dan di Sabdalan itu karena di Bali Pulina ada Stana Para Dewa yaitu di Gunung Tohlangkir (Gunung Agung).Yang pada saat itu disebut Giri Raja,Dalam Sabda beliau mendengar bahwa Gunung itu adalah potongan Gunung Maha Meru yang di bawa hyang Pasupati untuk memngunci Dunia saat itu.
***