Syukur

Syukur adalah Angayubhagya dalam bahasa Balinya yaitu sebuah ungkapan kata hati dan rasa terimakasih yang tulus iklas atas apa yang telah Tuhan berikan.
Sebuah kata yang dahulu berasal dari nenek moyang nusantara untuk dapat mensyukuri setiap berkah yang kita terima.
Seperti makna yang terkandung dari banten saiban yang dipersembahkan sehari-hari sebagai ungkapan terima kasih atau rasa syukur masyarakat Hindu Bali kepada Tuhan.
Seperti memohon dengan mengucapkan mantra agar Sapta Wredhayah berkembang dengan sempurna.
Karena dalam ajaran Hindu kita dianjurkan untuk senantiasa bersyukur atas hidup ini, seperti disebutkan Sarasamuscaya ayat 3.
“Karenanya janganlah bersedih hati, meskipun hidup tidak makmur, kelahiran menjadi manusiaitulah hendaknya yang menjadikan hatimu besar, sebab sungguh amat sulit menjilma menjadi manusia meskipun sebagai candala sekalipun”.
Kita dianjurkan hendaknya agar jangàn menyia-nyiakan kehadiran di dunia ini dengan bersedih hati atas hal-hal yang sudah lewat, melainkan kita diwajibkan bersyukur dilahirkan menjadi manusia, karena kesempatan hidup menjadi manusia inilah memungkinkan kita dapat membebaskan ikatan Karma sebagaimana dikutip dari salah satu artikel manacikapura.

Dan oleh sebab dari semua mahluk yang dilahirkan ke dunia ini disebutkan hanya manusia yang dibekali kecerdasan akal pikiran agar dapat menuju pada kesadaran dan kemahasucian sehingga berkaitan dengan upacara-upacara syukuran atau selamatan, 
Penggunaan tumpeng juga mengandung makna religius yang dalam dan juga bermakna hormat, kasih sayang, dan kebaikan.
Di samping itu, pelaksanaan Tumpek Landep juga disebutkan sebagai wujud atau simbol puji syukur umat Hindu ke hadapan Sang Hyang Widhi yang telah memberikan pengetahuan dan kemampuan merangcang teknologi canggih sehingga tercipta benda-benda yang dapat membantu sekaligus mempermudah kehidupan manusia.
Dan ritual ini sesungguhnya merupakan event yang penuh spirit kemanusiaan, membangun manusia yang arif dalam memanfaatkan teknologi.
***