Dalam keyakinan umat Hindu Dharma, simbol merupakan sabda dewata sebagai refleksi keimanan dan penuntun hidup yang berkebenaran agar kita selalu dapat mengingat dan selalu dapat berhubungan dengan sang pencipta. Seperti misalnya :
- Tapak Dara, simbol keseimbangan secara vertikal dan horizontal.
- Tamiang sebagai lambang perputaran roda kehidupan, cakraning panggilingan untuk mengingatkan pada hukum alam (rta).
- Begitupun dengan simbol lainnya.
Sebagai tanda yang mengandung pengertian sertaan antara simbol dengan yang disimbolkan atau referent juga berfungsi sebagai pedoman untuk memudahkan pengenalan atau penghayatan sesuatu di tengah-tengah kesemerautan perbuatan manusia dan keragaman kejadian alam.
Karena di dalamnya terkandung kaidah yang bertalian dengan akal budi dalam seluruh paradigma tentang kehidupan sadar dan di bawah sadar.
Dan kadangkala berkaitan dengan mitos, khayalan, impian dan bentuk-bentuk abstrak lainnya juga dapat direalisasikan dalam wujud simbol untuk empermudah mengimplementasikan sesuatu hal.
Seperti halnya simbol dari senjata Dewata Nawa Sanga disebutkan oleh Narasumber: Ida Pedanda Budha, Griya Sukawati dalam sebuah buku yang berjudul "dampak penerapan elemen estetis produk kriya tradisional bali secara eklektik pada desain masa kini" oleh Dr. Drs. I Made Gede Arimbawa, M.Sn disebutkan senjata-senjata tersebut sebagai simbol kekuasaan atau kekuatan Tuhan dalam berbagai manifestasi-Nya.
Di Bali, hampir setiap penggunaan dalam berbagai kegiatan upacara, tetandingan banten dan kegiatan keagamaan memiliki simbol dan istilah serta warna dalam pengertian yang berbeda seperti halnya :
- Upacara Mekala-kalaan (Mabeakala) dalam perkawinan di Bali penggunaan simbol memiliki beberapa makna :
- Biyu lalung dan Kulkul berisi berem sebagai simbol dari kekuatan purusa dan pradana yaitu Semua makhluk hidup tercipta dari dua unsur.
- Canang sari sebagai simbol bahasa Weda untuk memohon kehadapan Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa yaitu memohon kekuatan Widya (Pengetahuan) untuk Bhuwana Alit maupun Bhuwana Agung.
- Tapak Dara | simbol keseimbangan secara vertikal dan horizontal.
- Asta Siddhi | delapan tuntunan untuk mencapai taraf hidup yang sempurna.
- Penjor sebagai simbol gunung, yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan dan tanda terima kasih manusia atas kemakmuran yang dilimpahkan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
- Singa Ambara Raja bersayap dalam simbol ornamen ragam hias arsitektur Bali disebutkan simbol yang bermakna untuk pencapaian keagungan dan kekuasaan.
- Genta, suaranya alam semesta atau bhuana agung ini
- dll
Agama Hindu kaya akan simbol-simbol, baik berupa banten, patung / arca / pratima sebagai sarana petitis (memusatkan pikiran) dalam kita memuja Tuhan, tanpa melalui simbol-simbol itu pada saat kita melakukan persembahyangan rasanya sulit untuk memfokuskan pikiran sehingga dengan demikian pemujaan Tuhan dengan media ataupun simbolisasi dari Mithologi Dan Simbol Hindu dalam babad Bali juga disebutkan
Simbol hanya merupakan titian pikiran, berarti kita selaku umat Hindu bukan memuja simbol-simbol itu, melainkan tetap memuja Tuhan / Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya.
***