Menurut beberapa sumber mengenai pengertian Wrhaspati adalah :
- “Wrhaspati “ berarti nama hari dengan urip 8 dalam urutan Sapta Wara yang diayomi oleh Sanghyang Sukra Guru.
- Dan suatu catatan dari pengalaman hidup yang pernah dilakoni dimana Yoga dalam Wraspatitattwa disebutkan bahwa, nama seorang Bhagawan di Sorga yang dalam Wrhaspati Tattwa Sloka 1 berbunyi sebagai berikut :
Terlahir pada dina wrhaspati karena dulunya ia tidak pernah belajar dari pengalaman hidupnya, dalam artian tidak mengindahkan nasehat gurunya.
Kelahiran seseorang pada dina Wataknya banyak bicara, cocok sebagai guru, sekalipun dia bodoh tapi
masih senang ngajarin orang lain. kadang-kadang lakunya mrekak/congkak
dan tegar menghadapi masalah.
Kayunia bingin, maksudnya menjadi sosok yang aman dan teduh bagi orang-orang yang membutuhkan perlindungan / punya masalah.
Dengan kata lain, suka
melindungi orang yang menderita. Manuknya : merak, artinya sedikit suka
pamer kemewahan. Sato-nya macan, artinya bertampang serem, kalau
dipaksakan marahnya bersungguh hati. Kala-nya Anggapati,
artinya orang yang bercita-cita tinggi dan agak loba pada sesuatu yang diinginkan (harus bisa atau harus tercapai).
Bhuta-nya Ulusinga yang menyebabkan
sakit. Bhuta dalam konteks ini maksudnya kelemahannya ingin berkuasa
atas diri orang lain, kalau tidak bisa dia akan menyesal,
maka sakitnya di perut muntaber (ngutah mising), maag, tuju, pemali, nglempuyeng, buduh, dekah, perot.
Kalau batuk obatnya padang lepas, tingkih, beras
mes, simbuh pada bagian dada. Kalau sakit perut, simbuh-kan kunyit,
musi, daun kepasilan.
Loloh-nya akah dadap, akah selegwi, akah sandat, sindrong muda dilumatkan, airnya asaban cendana, di saring lalu di minum.
Boreh untuk badannya berasal dari ramuan daun dadap yang sudah kuning, daun bunut kuwang, kulit pohon majegau yang dikerik, dan sindrong wayah, lulurkan pada siksikan empol pandan, pucuk daun malinjo, bawang dan adas.
Kalau kena gangguan jiwa, obatnya air kencing kuda
hitam atau kuda putih, telor semut sidem, daun dusakeling, daun jajar
tanah, diulek, lalu disaring dengan kain putih.
- Boreh pada kaki dengan ramuan daun tuju musna, kasuna dan jangu, airnya cuka.
- Kwalat-nya di kemulan di-tebusin seperangkat pakaian (rantasan saperadeg), demikian disebutkan dalam sapta wara pada wariga
***