Subha dan Asubha Karma

Subha dan Asubha Karma adalah dua hal atau sifat dan prilaku yang bertentangan yaitu baik dan buruk.
Dimana dalam Kanda Pat dikatakan bahwa, catatan subha dan asubha karma ini akan tetap di record yang akan menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali).
Dan baik buruk perbuatan seseorang merupakan pencerminan dari pikiran.
Bila baik dan suci pikiran seseorang, maka sudah tentu perbuatan dan segala penampilan akan bersih dan baik.
Seperti halnya dijelaskan :
  • Dalam konsep Rwa Bhineda, dimana sifat yang baik dan buruk tersebut akan selalu mewarnai kehidupan ini.
    • Prilaku Subha Karma yaitu segala bentuk tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran agama yang dapat menuntun manusia itu ke dalam hidup yang sempurna.
    • Perbuatan Asubha Karma sebagai sumber dari kedursilaan dan perbuatan yang tidak suci. yang bertentangan dengan hukum yang berlaku. 
  • Baik buruk perilaku subha dan asubha karma dari Tri Guna seseorang dalam karma wasana masa lalu juga disebutkan akan dapat berpengaruh terhadap kalepasan nantinya.
    • Inilah catatan subha dan asubha karma yang juga tertuang dalam kanda pat yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali).
Dua sisi ini, yakni baik dan buruk yang dikutip dalam salah satu artikel SuluhBali.com juga disebutkan melekat pada setiap manusia. 

Dalam ajaran Hindu disebabkan karena dipengaruhi oleh guna yang terdiri dari tiga guna (yang disebut Tri Guna). Diantaranya :
  • Sattwam (kebajikan), 
  • Rajas (dinamis), dan 
  • Tamas (malas). 
Guna sattwam akan berpengaruh kepada sifat baik manusia sementara guna tamas akan berpengaruh terhadap sikap buruk manusia.

Baik dan buruk hanya dibedakan oleh cara pandang nilai yang disebabkan oleh pelaksanaannya. 
Seperti contoh, penggunaan pisau yang jika digunakan untuk memotong sayur akan bernilai baik, sementara jika digunakan untuk menyakiti mahluk hidup akan sebaliknya yakni akan menjadi bernilai buruk.
Konsep baik buruk akan menjadi harmonis ketika apa yang baik dijadikan semakin baik, sementara apa yang buruk diubah menjadi baik. Hal ini sejalan dengan konsep somia (atau Nyomia); 
  • Dimana Dewa yang berwujud Butha yang bertugas untuk meluruskan tatanan kehidupan manusia. 
  • Para Butha Kala ditugaskan untuk menghukum orang yang berada diluar jalan dharma, namun hal itu akan kembali harmonis ketika manusia sudah kembali ke jalan dharma sehingga kembali berwujud Dewa dan memberikan kesejahteraan.
Dalam Kanda Pat disebutkan bahwa, catur sanak menyertai terus sampai manusia mati dan rohnya menghadap ke Hyang Widhi.

Mereka juga menjaga dan melindungi roh, serta mencatat sejauh mana atman (roh) terpengaruh oleh indria keduniawian. Semua pengalaman hidup di record oleh Sang Suratma yang dahulu berbentuk ari-ari. Inilah catatan subha dan asubha karma yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali).

Dan sebagai renungan :
Dalam perpaduan antara karma baik & buruk, dikatakan "Karma buruk hendaknya berkurang satu persatu"
***