Menjelma

Menjelma berasal dari kata "Jelma" atau "Jelema" yang dalam zaman pido di Bali disebutkan :
Panak jelema madan rare
Anak manusia disebut rare (atau bayi).
Dalam pengertian manusa yadnya sebagaimana diuraikan dalam pelaksanaan acara agama terkait ajaran theisme Bali Kuno disebutkan bahwa :

Menjelma menjadi manusia selalu ada pada jalan suka maupun duka.
Jalan kehidupan yang demikian harus dihadapi penuh ketabahan dan penuh kesabaran dengan melakukan usaha-usaha yang menuju pada kebaikan dan kebenaran (dharma). 
Bagaimana usaha atau perilaku kita sebagai manusia untuk selalu berbuat di atas jalan yang benar dan suci. Perbuatan yang baik merupakan kesempatan bagi manusia untuk memperbaiki dirinya dari kesengsaraan. 

Dalam ajaran Agama Hindu ada ditegaskan bahwa :
Manusia mengalami kehidupan atau kelahiran yang berulang-ulang yang disebut punarbhawa
Dengan adanya kelahiran manusia yang berulang-ulang juga sebagai suatu penderitaan. Untuk itu usahakan agar penderitaan itu dapat terlepas dengan lebih banyak berbuat kebenaran yang mengarah pada kesucian. 
  • Perbuatan baik dan suci merupakan perbuatan yang diajarkan dan dibenarkan oleh agama yang berupa kebajikan (dharma) atau disebut pula subhakarma. Perbuatan baik yang nantinya mengantarkan manusia menuju jalan bersatu dengan Hyang Widhi Wasa (mencapai moksa). 
  • Sedangkan perbuatan yang buruk asubhakarma adalah segala perbuatan yang menyimpang atau bertentangan dengan ajaran agama misalnya kesombongan, kecongkakan (adharma) yang akan mengantarkan manusia menuju ke jalan sesat (neraka). 
Hasil perbuatan yang baik dan buruk tentunya meninggalkan bekas dari perbuatan itu sendiri. Bekas perbuatan itulah disebut karma wasana
Bagaimanapun caranya  agar bekas perbuatan yang buruk itu dapat sirna dan yang masih tertinggal adalah bekas perbuatan yang baik saja. 
Untuk itu suatu cara yang dapat diusahakan sesuai dengan ajaran agama Hindu adalah melakukan perbuatan yang benar dan suci seperti halnya melaksanakan upacara manusa yajna menuju kebahagian baik di dunia maupun di alam niskala.
Dimana dalam prinsip Buddi Dharma, dengan selalu berpedoman pada prilaku Subhakarma dikatakan akan dapat menyebabkan atma pada nantinya mendapat surga;
Dan jika reinkarnasi atau menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan yang sempurna dan lebih tinggi.
Atma yang menjelma dari surga akan menjelma menjadi manusia yang hidup bahagia didunia dan kebahagiaan ini akan dirasakan dalam penjelmaan yang akan datang.
***