Inisiasi adalah sebuah tradisi ritual yang bertujuan untuk dapat membangkitkan pendekatan diri dengan Tuhan yang di Bali disebutkan,
Ritual ini biasanya berkaitan dengan lancarnya pelaksanaan Pitra Yadnya dalam hal pensucian atma (rokh) yang upacaranya diawali dengan melaksanakan disiplin diri, pembersihan atau pensucian lahir dan bathin.
Dan jika sifat-sifat dasar telah kita jiwai, disebutkan maka kita juga akan dapat menemukan unsur Tri Wisesa sebagai sifat-sifat dasar dalam diri yaitu kebenaran, keindahan dan kebahagiaan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, proses dan tradisi inisiasi dalam kegiatan ritual keagamaan di Bali disebutkan sebagai berikut :
- Dalam rangkaian upacara Mediksa di Bali, proses inisiasi ini dilakukan dengan cara seda raga untuk mengetahui jalan ke nirwana / swah loka sehingga bila jadi Sulinggih, nanti bisa menuntun atma-atma yang diupacarai dalam prosesi upacara Pitra Yadnya.
- Ketika kematian terjadi, dalam tata cara indik ngaben disebutkan prakerti (badan kasar) terpisah dg atma (roh) (antahkarana sarira) tapi masih diikuti oleh suksma sarira (alam pikiran, perasaan, keinginan, nafsu). Karenanya roh perlu dibersihkan dg askara (inisiasi) melalui upacara ngaskara untuk mengembalikan unsur Panca Maha Buta secara sempurna.
- Selain itu, pada upacara upanayana untuk seorang brahmana,
Inisiasi juga telah menjadi tradisi yang penting di dalam perguruan rohani sejak zaman Veda, upanisad, purana dan hingga sekarang yang dalam Saiva Siddhanta, Diksa oleh PHDI, disebutkan menandakan seseorang telah siap masuk ke tingkatan hidup sanyasa, menurut konsep catur asrama.
Masing-masing agama atau perguruan rohani dalam Hinduisme mempunyai tradisi diksa, etika, atribut, dan ritual yang berbeda-beda,
Namun pada dasarnya dengan diksa seorang sisya (siswa kerokhanian) setelah melalui pengamatan guru dan dipandang sudah siap untuk mengambil jalan rohani ditingkatkan kualitas kesucian dan rohaninya sehingga yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kewenangan untuk melakukan ritual-ritual tertentu; mempunyai tingkat kualitas rohani yang memungkinkan yang bersangkutan menuju Siva.
Segala belenggu (pasa), mala, karma dan hal-hal yang menghambat kemuliaan dan kecerdasan jiva sudah sirna dan sehingga orang seperti itu sering dipersonifikasikan sebagai Siva di dalam tubuhnya.
Dan melalui proses penyucian dan disiplin diri ini,
sifat Tri Hita Karana seperti pikiran, tutur-kata, perilaku sehari-hari merupakan wujud Siva yang nyata.
***