Tri Wisesa

Tri Wisesa adalah tiga unsur seni dan budaya dalam estetika Hindu di Bali yang terdiri dari 3S yaitu :
Sebuah dialektika dalam mengenal tradisi di Bali yang disebutkan bahwa Tradisi Bali selalu menempatkan : 
  • kebenaran itu suci dan indah, 
  • serta keindahan itu harus suci dan juga harus mengandung kebenaran. 
Seperti halnya nilai estetika seni dan budaya dalam tradisi ngejot anten kumara terlihat dalam pembuatan banten menggunakan hiasan janur yang diwujudkan dalam bentuk canang dan reringgitan janur lain sebagainya, 
selain itu ketika proses ngejot berlangsung para penerima jotan serta para warga yang ngejot menggunakan pakaian / busana adat madya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi orang yang melihatnya.
Metode pendekatan Bali pulau banten dalam perjalanan spiritual Hindu disebutkan bahwa dengan sifat-sifat murni alam yaitu Satyam dan Sivam Sundaram sebagai bantennya. 
  • merupakan satu satunya hasil kreativitas tetua Hindu Bali, 
  • dan tak ada lainnya di dunia ini. 
Oleh karena itu pulau mungil itu dinamai Bali. 
  • Bali artinya Banten, yadnya untuk persembahan yang inti sebagai penyatuan diri dengan alam. 
  • Bersatunya di dalam dan di luar. 
  • Leburnya hidup dan kematian. 
    • Leburnya Ada dan tiada. 
    • Leburnya waktu. 
      • Yang tinggal kedamaian. 
      • Yang tinggal kebahagiaan. 

Yadnya dengan tetandingan banten pada awalnya merupakan model - model replika mini dari alam yang memiliki bentuk - bentuk dan komposisi spesifik. 
  • Tergantung tujuannya. 
  • Kepada alam mana ?. 
  • Kepada Dewa apa ?. 
Pemujaan, kasih dan pendekatan terhadap alam inilah sebagai inisiasi untuk membangkitkan pendekatan kedalam diri. 
Dan jika sifat-sifat dasar alam telah kita jiwai
maka kita akan dapat menemukan sifat-sifat dasar dalam diri yaitu kebenaran, keindahan dan kebahagiaan.
Banten tujuan filosofisnya yaitu untuk meraih, meraup, menghirup dan menjiwai sifat-sifat dasar alam ini dengan kebenaran, keindahan dan kebahagiaan. 
  • Agar kita dapat membangkitkanya dalam diri sehingga kehidupan ini berarti dan bermakna. 
  • Tetua Bali tampaknya sangat tepat dalam hal ini, 
    • Carilah kebahagiaan dalam hidup ini agar bermakna. 
    • Tanpa kebahagiaan, 
      • hidup ini tak ada maknanya walaupun bergelimang kemewahan dan kekuasaan. 
***