Taru

Taru adalah bangsa semak dan pepohonan yang merupakan bagian dari kelompok swatara yang hanya memiliki bayu sebagai satu aspek kemampuan hidupnya. Dimana dalam teks kuno disebutkan :
  • Lontar Usada Taru Premana, berisikan kisah tentang Dewi Durgha memberikan kekuatan Niskala kepada Mpu Kuturan agar dapat berdialog dengan tumbuh-tumbuhan.
  • Dalam Rumus Perhitungan Wariga, Taru / yang berhubungan dengan Tumbuhan Berkayu.
  • Dan Kayu Larangan yang tidak boleh ditebang di hutan tertulis dalam Prasasti Babahan Kelompok II Lempeng 4a.
Dalam kepercayaan umat Hindu di Bali, ngepel kayu dalam proses Nyanjan sangat penting dilakukan agar benar-benar layak dan atas tuntunan Niskala.
Seperti dalam pembuatan Barong ataupun bale payadnyan, penggunaan pohon dan tanaman diyakini mempunyai bobot dan nilai gaib yang sangat istimewa, serta mampu melakukan suatu sifat khusus pada daun tersebut.
Dalam penggunaan taru sejenis kayu dan pepohonan yang pada umumnya disakralkan penggunaannya baik dalam pembuatan tempat suci maupun digunakan sebagai sarana ritual di Bali yaitu disebutkan :
Tertuang dalam Lontar Aji Janantaka dan Lontar Taru Pramana sebagai acuan dalam lontar arsitektur Bali untuk memilih bahan kayu yang baik digunakan.
Seperti halnya dalam proses sakralisasi kayu untuk menghidupkan sebuah karya seni.
Sebagai pepohonan yang tumbuh di alam ini, dimana bagian - bagian dari taru tersebut yang di Bali pada umumnya disebutkan sebagai berikut :
  • Daun = don.
  • Ranting = carang.
  • Les = inti.
  • Akar = akah.
  • Pelepah (seperti pisang, kelapa) = papah.
  • Dan hasil menjual disebut dengan pepayon.
Pepohonan dalam bahasa Balinya juga disebut dengan "punyan" seperti halnya :
  • “Punyan bingin” ("Pohon Beringin"; Ngangget Don Bingin) 
    • Wantah taru pinih ageng taler kesengguh silih sinunggil taru sane tenget/angker.
  • Dalam pembuatan Sanggah Turus Lumbung, punyan dapdap dalam penggunaanya dipercayai sebagai taru sakti.
  • Punyan biu, jenis pala gantung yang dalam penggunaan penjor disebutkan merupakan salah satu wakil dari tumbuhan dan benda sandang pangan yang dikarunia oleh Hyang Widhi Wasa.
  • Dalam kehidupan agraris jaman dahulu, ada jenis kayu-kayuan, yang kadang-kadang merupakan kayu larangan (pohon larangan), antara lain: kamiri (Latin Aleurites triloba Forst), boddhi (Carumbium populifolium), nangka (Artocarpus integrifolia), kembang kuning (Cassiasophora), meṇḍe (Wallichia Horsfieldi), kapulaga(Amonum Cardamomum) dan sebagainya.
  • Dll.
Dalam sejarahnya, penggunaan taru di Bali biasanya diawali dalam pembuatan sanggah turus lumbung untuk memulai sebuah keluarga kecil, terlihat banyak umat menggunakan pepohonan dapdap yang dipercayai sebagai taru sakti;
Yang bertujuan agar umat selalu diberikan keselamatan dan terlepas dari bencana untuk doa sesapan ditujukan pada Betare Sangkara sebagai dewanya tumbuh-tumbuhan.
Dalam pembuatan sanggah kemulan, pada umumnya taru yang dapat disebutkan sebagai berikut :
  1. Cendana tergolong kayu prabhu (utama).
  2. Menengan tergolong  (madya) kayu patih.
  3. Cempaka tergolong kayu arya (utama).
  4. Majagau tergolong kayu demung (madya)
  5. Suren tergolong kayu demung (nista).
Taru puniki taler kebaos kalpataru, tegesnyane ring upacara ngangget don bingin keanggen sarana ngawi sekah utawi puspa sarira.

Di Bali, pohon yang diambil kayunya untuk bahan tempat pemujaan kepada Tuhan dalam lontar Kutara Purana Bangsul disebutkan :
Akan selalu disucikan terlebih dahulu dengan menggunakan upacara seperti mlaspas ataupun pasupati untuk dapat memberi kekuatan magis pada benda - benda sakral seperti keberadaan sebuah arca, pelinggih dll.
Taru sebagai pohon pertama kehidupan dalam pertamanan tradisional bali berlandaskan unsur satyam, siwam, sundaram, relegi dan usada yang sebagaimana disebutkan dalam pemutaran Mandara Giri di Ksirarnawa memunculkan segala bentuk dan keindahan kayu Kasta Gumani sebagai lima unsur tanaman pertama Panca Wriksa yang tumbuh dan memberi kehidupan atau kalpataru, yang kelima pohon tersebut yaitu :
  1. Bingin yang dapat memberikan keteduhan dan kedamaian hidup, 
  2. Ancak Bodhi sebagai tempat meditasi untuk berhubungan dengan Tuhan, memohon kehidupan dan kedamaian, 
  3. Pisang, makanan yang memberikan kehidupan, 
  4. Tanaman uduh yang merupakan tempat menerima “pituduh/wangsit” atau petuah
  5. Tanaman Peji, sebagai tempat memuji atau menyembah kebesaran Tuhan.
Konon tersebutlah di sebuah desa Bali Mula yang memiliki keunikan dalam upacara adat ngaben di Desa Trunyan Bali, ada sebuah pohon Taru Menyan yang menebarkan bau sangat harum. Bau harum itu mendorong Ratu Gede Pancering Jagat untuk mendatangi sumber bau. Beliau bertemu dengan Ida Ratu Ayu Dalem Pingit di sekitar pohon-pohon hutan cemara Landung.
Di sanalah kemudian mereka kawin dan secara kebetulan disaksikan oleh penduduk desa hutan Landung yang sedang berburu. Taru Menyan itulah yang telah berubah menjadi seorang dewi yang tidak lain merupakan istri dari Ida Ratu Pancering Jagat.
Mitos pohon / taru dalam beberapa kutipan artikel di Bali.
Konon tumbuh dari rambut Raden Ayu yang semasa hidupnya memiliki rambut hitam panjang. Kini pohon Kepuk itu tumbuh besar dan telah mencapai tinggi 16 meter dan sangat disakralkan oleh warga.

  • Gaharu konon dipercaya berasal dari surga. 

***