Menyan

Menyan adalah aroma wewangian yang berfungsi untuk menyambut para dewata dan Hyang Siva sebagai jiwa dari Bhur Loka untuk mencapai kebahagiaan yang tidak berbalik pada kedukaan.

Dalam berbagai atraksi seni religious biasanya wangi kemenyan yang semerbak, ada puja stawa sulinggih atau pemangku, ada suara tabuh, kidung, gambelan yang meriah.

Dan yadnya suci dipersembahkan;
  • Keseluruhan "lenga-wangi" dan "burat-wangi" sebagai simbol Tri Purusa dalam penggunan media sakral.
  • Dalam makna pasepan, harumnya pembakaran wewangian untuk menerangi pemujaan yang kita lakukan.
Dalam prosesinya;

Lantunan kidung suci mengalun merdu seiring dengan semerbak bau harum dupa dan menyan. 

Mengantarkan pikiran kepada rasa syukur yang tak terhingga diberikan kehidupan dengan segala kebutuhan disediakan oleh alam ini. 

Lentik jari menari menandakan kegirangan rasa menyambut sang jiwa agung menyatu dengan badan meliuk semampai indah gemulai. 

Remaja dan Dewasa anggun dalam balutan kain bermotif alam berpadu dengan senyum penuh cinta kasih. 

Wajah-wajah cantik dan tampan berbalur senyum damai. 

Masuk kedalam diri menikmati indahnya rasa, bersyukur diberikan akal budhi, cipta dan karsa hingga sorga dunia ini tercipta. Betapa indah dan rumitnya karuniaMu. 

Dan sungguh berbahagianya kami diciptakan dengan budaya ini. 

Terima kasih TUHAN...
Berbahagianya kami menemukan sorga ini semasih hidup.

***

Dan sebagai tambahan pada zaman dahulu dalam sejarahnya penggunaan menyan ini disebutkan dalam sebuah artikel Kompasiana yang sebagaimana diceritakan;

Ratusan tahun lalu, kemenyan juga mulai dipanen dari getah damar atau gaharu. Pada masanya kemenyan sempat menjadi komoditas perdagangan berharga tinggi. Terutama di Jalur Sutra. 

Konon katanya, 
di sepanjang jalur yang membentang antara Cina dan Turki tersebut, harga kemenyan sempat lebih mahal dibandingkan emas dan permata.

Para pedagang rela memboyong kemenyan dari jauh demi memenuhi permintaan tinggi dari kaum bangsawan. Juga para saudagar-saudagar kaya dan pemuka agama

Kalau di Mesir, kemenyan impor asal Yaman dijadikan salah satu bahan balsam mumi. Sedangkan di Yerusalem, kemenyan dibakar sebagai wewangian untuk menghantarkan doa-doa.

Di Arab kala itu, kemenyan dipakai untuk mengharumkan rumah-rumah. Sedangkan di Asia Selatan dan Timur, kemenyan lebih banyak dipakai di kuil-kuil sebagai sarana pelengkap ibadah.

Jadi sesungguhnya fungsi kemenyan tidaklah melekat pada satu sekte saja. Atau satu keyakinan saja. 

Jenis kemenyan juga tidak hanya itu-itu saja. Tidak sekedar berbentuk bongkahan kristal resin berwarna gelap. 
  • Ada kemenyan yang dibentuk menyerupai cengkeh, asalnya dari negara-negara teluk seperti Arab dan Emirat. 
  • Ada juga yang berbentuk serbuk dan stik.

Beberapa Manfaat Kemenyan
  • Kemenyan mengandung saponin, olibanol, materi resin, terpenes, flavonoida dan polifenol. Kandungan-kandungan tersebut membuat para ilmuwan mulai melirik kemenyan sebagai bahan yang berpotensi menghentikan penyebaran kanker.
  • Ibnu Sina di abad kesepuluh juga merekomendasikan kemenyan sebagai obat tumor, bisul, muntah, disentri dan juga demam. 
  • Sedangkan pengobat tradisional Cina menggunakan kemenyan untuk meredakan masalah kulit dan pencernaan. 
  • Kalau di India, secara tradisional kemenyan dipakai juga untuk membantu pengobatan arthritis.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kemenyan bisa dipadukan dengan materi tanaman lain untuk meningkatkan kesehatan jantung. 
Serta mengatasi sakit tenggorokan dan meredakan luka bakar. Bahkan membantu menurunkan kadar kolesterol juga.

Diluar manfaat pengobatan, kemenyan juga dimanfaatkan sebagai aroma terapi.
***