Siwa

Pada dasarnya Siwa adalah satu namun keadaan dan sifatnya berbeda, 
  • Secara Vertikal sebagai jiwa - jiwa agung alam semesta ini yang disebut Sang Hyang Tri Purusa untuk seluruh tingkatan lapisan Tri Loka dimana mahluk hidup itu berada.
  • Secara Horisontal Siwa bersifat :
    • Personal God, Beliau yang dalam berbagai wujud-Nya dan hanya dapat dijangkau oleh rasa atau daya pikir manusia. 
    • Impersonal God bersifat immanent yang meresapi (Uta Prota) dan hadir pada segalanya termasuk meresapi pikiran dan indriya (sira wyapaka).
  • Siwa Loka, alam Siwa yang hampa (sunia) dan tenang, sangat mulia tiada tara, maha sempurna.
  • Ketika melakukan sembahyang, Siwa Dwara merupakan stana Beliau.
Sejatinya, Tuhan adalah "Bhatara Siwa", dan Bhatara Siwa adalah Sanghyang Widhi itu sendiri sebagaimana yang dijelaskan dalam Lontar Siwa Sasana yang merupakan salah satu ajaran ketuhanan.

Seperti yang juga disebutkan dalam Siwa Siddhanta yaitu :
  • Siwa Tattwa berkaitan dengan ajaran yang berisikan tentang intisari kebenaran yang sejati kepada Tuhan yang terkandung dalam lontar tattwa, bercorak Śiwaistik dan berhubungan dengan rohani yang bersifat maya, abstrak dan rahasia dalam ajaran aja wera.
    • Siwa Raditya sebagai pancaran sinar suci siwa dalam kekuatanNya untuk menyinari dan menjaga yang ada di alam ini.
    • "Siwa"; Sang Hyang Tri Purusa, memuja Tuhan sebagai jiwa - jiwa agung untuk mencapai kebahagiaan yang tidak berbalik pada kedukaan.
    • "Siwa"; Lingga Yoni, Siwa sebagai simbol lingga.
    • "Siwa"; Padma Bhuwana Tiga, keberadaan Tuhan sudah dalam keadaan krida sebagai Tri Kona yang bermanifestasi menjadi Tri Murti.
    • Siwa disebut sebagai "Bhatara Siwa"; lontar siwa sasana, Tuhan adalah "Bhatara Siwa" dan Bhatara Siwa adalah Sanghyang Widhi itu sendiri.
  • Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud sebagai Siwa ini dipuja dengan mantram Siwa Stawa untuk memohon :
    • agar dapat menajamkan pikiran 
    • dan memberikan kesucian lahir bathin
  • "Siwa" yang saktinya Dewi Durga / Uma disebut Dewa Siwa, sebagai dewa pelebur atau pralina yang dipuja di Pura Dalem. 
Dalam hubungannya dengan sembah bhakti (pemujaan) kehadapan beliau sebagaimana disebutkan dalam artikel agama hindu tentang siwa siddhanta sebaiknya diketahui nama atau julukan beliau.
Karena kemahakuasaan beliau sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur, beliau disebut dengan banyak nama, sesuai dengan fungsi dan tempat beliau berstana.
Sehingga dengan menyebut nama siwa berarti,
  • Memiliki kekuatan untuk melenyapkan segala kegelapan batin.
  • Jika kegelapan itu mendapat sinar dari Hyang Siwa, maka lahirlah kesadaran budhi yang sangat dibutuhkan setiap saat dalam hidup ini.
  • Siwa sebagai salah satu aspek atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa, kita melebur kegelapan yang menghalangi budhi dan menerima sinar suci Tuhan.
  • Jika budhi selalu mendapat sinar suci Tuhan, maka budhi akan menguatkan pikiran atau manah sehingga dapat mengendalikan indria dan sifat Tri Guna manusia.
***