Uta Prota

Uta Prota (Utaprota) adalah proses meresap dan merangkai untuk setiap ciptaanNya.
Ia yang berkuasa atas seluruh alam ini. Dari kemahakuasaan Wibhu dan Prabhusakti Beliau mempunyai kekuatan untuk dapat meresap dan merangkai (Utaprota).
Dimana nantinya atman yang meripakan percikan terkecilNya dapat meresapi setiap makhluk hidup yang berfungsi sebagai sumber citta dari sthula sariranya .
Ia yang disebut Sanghyang Widhi dengan ke-mahakuasaan-Nya (wibhu-sakti) menciptakan semesta dari diri-Nya, dengan cara berubah (uta-prota) dari Nirguna Brahman menjadi Saguna Brahman sebagai Eka Dasa Dewata dengan simbol Meru 11 yaitu lambang dari 11 huruf suci -- 10 huruf suci (sa, ba, ta, a, i, na, ma, si, wa, ya) + huruf suci Omkara / Ongkara untuk panunggalanNya.
Ketika mengambil wujud Ia adalah mantramaka,
Bersifat mampu mendengar suara yang jauh dan dekat (Durasrawana);

Mampu mengetahui apa yang terjadi di tempat jauh dan dekat (Durasarwajna);
Mampu melihat yang jauh dan dekat (Duradarsana);
Selain itu beliau mempunyai delapan kekuatan yang di sebut Astaiswarya (Delapan kekuasaan).
Sebagai jiwa agung yang dapat meresapi setiap ciptaanNya dalam keadaan Sadasiwa, Beliau mempunyai kekuatan 
  • Uta (menyusup) bagai halnya api yang berada dalam kayu apai, api dalam kayu api itu tidak nampak. Demikian halnya dalam keadaan Sadasiwa, Beliau menyusupi unsur maya tapi tidak nampak. 
  • Prota (merangkai), bagaikan permata Sphatika, dalam  keadaan Sadasiwa, Beliau tidak dapat dikotori hanya saja cetananya yang terlekati oleh Mala, dihiasi dan diselimuti oleh Maya. 
Akhirnya cetana itu menjadi tidak aktif, tidak lagi sarwajna, tidak lagi sarwakaryakartha. Maka ia disebut Atmikatattwa / Siwatma, Sang Hyang Atma Wisesa, 
  • Ia yang disebut Bhatara Dharma yang memenuhi alam semesta ialah jiwanya alam semesta, Ia lah jiwanya semua makhluk. Bhatara Dharma, walaupun ia ada di alam niskala yang berbadan turyapada, hanya cetananyalah yang menyebar memenuhi alam semesta. 
  • Berubah menjadi semakin besar menjadi jiwa semua makhluk. Maya itulah yang dipandang cetana yang memberi kesadaran.
Dari pertemuan Cetana dan Acetana maka lahirlah Tattwa-Tattwa atau unsur-unsur berikutnya yaitu; 
  • Pradhana Tattwa, unsur badan material sebagai kekuatan kebendaan.
  • Triguna Tattwa, yang membentuk karakter manusia, nafsu manusia dan sifat gelap perlu dimurnikan.
  • Budhi Tattwa, yaitu alam pikiran yang tertinggi pada diri manusia.
  • Ahangkara Tattwa, untuk dapat merasakan berpikir dan berbuat.
  • Bahyendriya Tattwa, 
  • Karmaindriya Tattwa, yang berfungsi untuk melakukan sesuatu.
  • Panca Maha Bhuta Tattwa. sebagai zat dasar yang membentuk lapisan mahluk hidup termasuk badan manusia (sarira kosha).
Demikianlah evolusi unsur / tattwa-tattwa tersebut untuk perkembangan yang lainnya pula dari yang terhalus semakin mengkasar. 
Dari Panca Maha Bhuta Tattwa berkembang menjadi Sad Rasa untuk merasakan sari-sari makanan.
Selanjutnya melahirkan unsur Sukla dan Swanita, yaitu kama petak & kama bang.
Kedua unsur ini nantinya mengadakan seluruh mahluk hidup dalam bentuk jasmani. 
Dari sloka diatas dapat diketahui pula bahwasannya segala yang ada di alam Semesta ini berevolusi dari Bhattara Siwa yaitu Sanghyang Widhi itu sendiri yang meresapi dan merangkai semua ciptaanNya.

Demikian dijelaskan ajaran alam semesta dalam Lontar Tattwa Jnana sebagai salah satu tattwa agama yang mengungkap tentang misteri kehidupan di dunia ini.
***