Ongkara

Eka Aksara Ongkara adalah aksara suci Ong untuk panunggalan Sang Hyang Widhi yang merupakan bagian utama dari aksara wijaksara dan dari Ongkara inilah disebutkan dalam memahami makna ongkara munculnya Dwi Aksara yaitu Ang dan Ah yang juga sebagai perlambang Rwabhineda (Dualitas purusha Prakerti),
  • Ang sebagai Purusa (Bapa Akasha), dan 
  • Ah sebagai Prakerti (Ibu Prtivi).
Pada tahapan berikutnya, dari Dwi Aksara ini muncullah Tri Aksara, yaitu Ang, Ung dan Mang. Dari banyak sumber pustaka, dikatakan bahwa AUM inilah yang mengawali sehingga muncullah OM, yang sering diucapkandalam setiap mantra dalam persembahyangan.

Ongkara (Ong-Kara; aksara "Ong") juga disebutkan sebagai aksara suci panunggalan Sanghyang Pancamaha Butha yang merupakan unsur-unsur dari Sang Hyang Widhi yang dalam kutipan aneka bentuk dan makna Ongkara dalam budaya Bali disebutkan aksara ini termasuk dalam aksara wijaksara dan aksara modré yang dapat ditemukan dalam beberapa bentuk Ongkara yang dapat dibedakan berdasarkan pandangan masyarakat, yaitu bentuk umum dan khusus.

Ongkara secara umum dibedakan menjadi tujuh, yaitu :
  1. Ongkara Ngadeg, memiliki fungsi sebagai pengesengan mala ("menghilangkan bentuk prilaku asubha karma manusia"; Tri Mala)
  2. Ongkara Sungsang, Ongkara yang ditulis terbalik dan memiliki fungsi yang berbeda.
  3. Ongkara Gni, dibangun oleh aksara O-kara, ulu candra, dan  tanpa tedong digunakan untuk menghidupkan api di dalam tubuh manusia.
  4. Ongkara Sabda, sebagai aksara yang memiliki fungsi untuk membuat suara atau perkataan seseorang itu menjadi berguna dan didengar oleh orang lain.
  5. Ongkara Mertha, diyakini bahwa mantra itu telah memiliki kekuatan. Dengan kata lain, telah memiliki taksu.
  6. Ongkara Adumuka, dua buah Ongkara yang ditulis dengan kepala yang saling bertemu sebagai simbol kekuatan Rwa Bhineda.
  7. Ongkara Pasah, simbol dari citta, rasa dan budhi.
  • Sedangkan kombinasi kedua Ongkara antara Adumuka dan Pasah akan menunjuk sifat Tuhan sebagai :
    • cetana dan acetana, dua hal yang menyebabkan adanya ciptaan.
    • purasada dan ulunswi (rwa bineda) atau Ang dan Ah
Ongkara secara khusus dalam beberapa contoh yaitu :
  • Panca Ongkara, lambang Panca Brahma yang ditulis bersama-sama dengan lambang padma
  • Sapta Ongkara, Ongkara yang ditulis dengan windu bertumpuk tujuh.
  • Ongkara Lawa Kumereb, aksara rahasia yang dianugerahkan oleh Ida Bhetara Dalem.
  • Ongkara Asta Komala, berfungsi untuk meringankan segala pekerjaan dan  segala yang galak menjadi jinak.
  • Ongkara Pasupati Arcana, berfungsi sebagai pasupati kata-kata dan mantra.
  • Ongkara Tungtang Buana, digunakan untuk memerintah semua penganut ilmu hitam dan dapat membunuh api leyak yang sedang terbang.
  • Ongkara Ludra Gni, digunakan untuk mencipta pitra dan butha, dan sebagainya.
  • Ongkara Panca Agni Adbutha, menetralkan segala yang menakutkan.
  • dll
Di Bali, dalam upacara yadnya dan berbagai simbol, penggunaan aksara suci Ongkara ini banyak digunakan seperti disebutkan :
  • Dalam kajang, aksara Ongkara itu umumnya ditulis ditengah-tengah.
  • Dalam Caru Rsi Ghana, Sega 9 pangkon mawadah tamas ageng, malawa don nagasari, genahnya manut pangideran sega soang-soang inucap, merajah kadi iki: Madya = Ong, Purwa = Ang, Gneya = Re, Daksina = Si, Neriti = Gha, Pascima = Na dan lain-lain.
  • Dalam upacara ngeringkes disebutkan sewaktu manusia lahir diberi kekuatan oleh Sang Hyang Widhi berupa Ongkara Mula, didalam sawa bermanifestasi menjadi Sastra Mudra, Sastra Wrestra (Nuriastra) dan Sastra Swalalita. Ketiga kekuatan sastra ini memberi makna Tri Kona yaitu berupa Utpti, Stiti, Pralina.
***