Dimana hanya yang kuat dan mampu beradaptasi terhadap gejolak perubahan lingkungan yang bisa bertahan [survive].Dan lahir ke dunia ini sebagai manusia dikatakan bahwa sangat penting artinya,
karena inilah satu-satunya lapisan dimensi alam dimana evolusi bathin kita (dari kegelapan menuju kemurnian bathin) bisa maju sangat pesat.
Pada lapisan dimensi alam mayapada tempat ini juga dikatakan bahwa hendaknya kita dapat melatih jiwa dan memurnikan bathin.Dalam sejarah riwayat alam semesta menurut rumah dharma, teori ini bisa dikatakan benar adanya.
Karena kebanyakan kehidupan adalah tentang survival terhadap eksistensi kita sebagai mahluk hidup.
Perhatikan rantai makanan : Elang memakan ular, ular memakan kodok, kodok memakan nyamuk, dst-nya.
Perhatikan kehidupan manusia : persaingan berebut uang dan makanan [persaingan dagang, persaingan ekonomi, persaingan di tempat kerja], persaingan berebut pengaruh, perebutan kursi kekuasaan, eksploitasi tenaga kerja, penipuan, perampokan, korupsi, peperangan, dll.
Saling menyakiti, saling membenci, saling menyalahkan, dll.
Kenapa kita melakukan semua itu ?
Karena kita punya suatu kebutuhan. Ini secara alami kita lakukan dalam rangka upaya kita untuk bisa survive terhadap eksistensi kita sebagai mahluk atau sebagai suatu identitas. Kita dipaksa oleh kehidupan untuk seperti itu.
Alasannya macam-macam : untuk bisa makan, untuk bisa menghidupi rumah tangga, untuk bisa membiayai anak sekolah, untuk rasa aman, untuk jaminan kebahagiaan, untuk melindungi kepentingan kelompok, untuk melindungi identitas diri kita, dll.
Apa akibatnya ? Akibatnya hukum yang dominan dipakai [berlaku] dimana-mana adalah hukum rimba.
Apa akibatnya ? Akibatnya hukum yang dominan dipakai [berlaku] dimana-mana adalah hukum rimba.
Pemangsa dan yang dimangsa, pengeksploitasi dan yang dieksploitasi, pemanipulasi dan yang dimanipulasi, yang menyakiti dan yang disakiti. Untuk bisa survive dalam hukum rimba, kita harus punya ego yang besar.
Karena itu ego kita sebagai mahluk semakin hari semakin besar dan semakin besar. Ini adalah kebutuhan alami dalam avidya [ketidaktahuan, kebodohan] yang kita perlukan untuk bisa survive terhadap eksistensi kita sebagai mahluk individu.Tapi apa akibat berikutnya ?
Kita terus-menerus melekat pada Prakriti, melekat erat pada pikiran [manas], ahamkara [ke-aku-an] dan sthula sarira [badan fisik].
Kita jauh dari kedamaian.
Pikiran kita berubah menjadi serakah, mementingkan diri sendiri, marah, sombong, kecewa, iri hati, takut, stress, dll. Kita semakin jauh dari reakitas diri yang sejati.
Kita terperosok dalam ”kubangan” Prakriti untuk jangka waktu yang sangat lama.Sehingga sebagai tambahan disebutkan bahwa,
Dengan tetap menjaga kesadaran, dalam mimpi sekalipun, kita dapat dengan cepat memasuki evolusi bathin yang halus. Karena Yoga Nidra, memurnikan samsara kita, membuat emosi kita stabil dan bathin kita tenang-seimbang dalam keadaan terjaga.Dan hal ini sangat membantu evolusi bathin kita.
***