Kama Petak yaitu unsur benih laki-laki yang juga disebut air mani atau cukla yang disimbolkan dengan Sang Hyang Semara;
Dimana bertemunya karma petak dan karma bang menurut salinan lontar khususnya Smara Kriddha Laksana oleh suami istri akan dapat melahirkan seorang putra yang selalu berhasil dalam hidupnya nanti.
Benih yang juga disebut dengan air mani tersebut dimana dalam langkah memperoleh anak menurut Hindu Balinuse menurut Bhagavata Purana 3.26.57 juga disebutkan bahwa :
Jika seorang laki-laki mengeluarkan air mani-nya terlalu sering, maka pada dasarnya dia membuang energi yang sangat besar dan hal tersebut dapat menurunkan kemampuan fisik dan mentalnya.
Oleh karena itulah juga disebutkan para yogi berusaha untuk mengendalikan air maninya dan tidak mengeluarkannya, tetapi memusatkan dan mengalirkan energi dari air mani ke atas melalui tulang punggung untuk membangkitkan cakra-cakra spiritualnya dan meningkatkan vitalitasnya badannya.
Bhagavata Purana 3.12.4 juga menyebut mereka yang mampu mengendalikan air maninya seperti itu sebagai urdhva-retasah.
Untuk menghindari keterikatan dan efek negatif seperti ini dan juga untuk menghasilkan anak-anak yang benar-benar sadar akan Tuhan.
Sebagai ikatan sekala niskala (lahir batin) antara seorang pria dengan seorang wanita dalam pawiwahan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal (satya Alaki rabi) berdasarkan atas sastra Manawa Dharmasastra sebagaimana dijelaskan oleh rika widyantara dalam pawiwahan menurut Hindu Bali disebutkan bahwa :
Beberapa perlengkapan upacaranya ditambahkan tumpeng putih sebagai simbol kama petak (laki-laki) dan kalungan bunga merah putih sebagai simbol kekuatan kama bang dan kama petak dalam ikatan perkawinan.
***